Selasa, 20 April 2010

Kesehatan Reproduksi Remaja

MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Pada masa remaja, homon hormon seksual belum stabil. Pada masa inilah remaja mengalami Pubertas. Pubertas ditandai dengan kematangan organ organ reproduksi termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga remaja mengalami pertumbuhan fisik yang cepat.
Pada masa remaja ini kesehatan reproduksi harus benar benar dijaga karena apabila tidak akan berdampak buruk pada masa depan. Selain itu akan timbul penyakit penyakit seperti Penyakit Menular Seksual (PMS).

1. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

• Apa yang di maksud PMS ?
PMS adalah penyakit mengenai alat (organ) reproduksi Laki Laki / Perempuan. Terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin.

• Bagaimana PMS menular ke tubuh kita ?
PMS dapat menular melalui cairan Vagina,cairan Sperma,cairan Darah atau adanya perlukaan dan lain lain.
Selain itu ada juga PMS yang tidak di tularkan dari hubungan seksual. Misalnya keputihan yang lebih disebabakan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke Vagina, akibat pemeliharaan kebersihan yang kurang baik.

2. HIV/AIDS

• Apa yang dimaksud HIV/AIDS ?
HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus,virus ini merusak system
kekebalan tubuh manusia. HIV dengan perantara darah,sperma atau cairan vagina masuk kedalam
aliran pembuluh darah. Kemudian merusak sistem kekebalan tubuh individu,setelah beberapa tahun
jumlah HIV semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan bibit
penyakit yang masuk.

• Bagaimana proses penularan HIV ?
HIV menular melalui kontak darah dan kontak seksual dengan mereka yang sudah terpapar HIV. Syarat utama penularan HIV untuk masu ke dalam tubuh melalui :
1. Aliran darah,bisa berbebtuk luka
2. cairan Sperma
3. cairan Vagina
HIV tidak menular melalui jabat tangan. HIV Memang hidup di seluruh cairan tubuh
termasuk air liur maupun keringat. Deep Kissing tidak menularkan HIV,yang berisiko adalah bila
di bagisn mulut pasangan berciuman terdapat luka yang menganga (SARIAWAN) sehingga virus
pasangan akan masuk ke dalam tubuh melalui luka. Begitu juga kontak keringat dengan orang yang
terpapar HIV.


HORMON YANG TERDAPAT PADA REMAJA PEREMPUAN DAN LAKI LAKI

1. Hormon Ekstrogen
Adalah hormon yang terdapat pada tubuh remaja perempuan. Hormon ini memebuat seorang anak perempuan memiliki sifat kewanitaan saat remaja.
Selain hormon Ekstrogen juga terdapat hormon Progesteron yakni hormon yang berfungsi mempertebal dinding rahim.

2. Hormon Testosteron
Adalah hormon pada remaja laki laki yang dihasilkan oleh Testis. Hormon ini beraqda dalam darah dan mempengaruhi alat alat dalam tubuh serta menyebabkan terjadinya beberapa pertumbuhan seks primer.

** Organ organ reproduksi Perempuan meliputi :
a. Ovarium
b. Tuba Falopii
c. Uterus
d. Vagina
e. Vulva

** Organ organ reproduksi Laki Laki meliputi :
a. Penis
b. Glans
c. Uretra
d. Vas Deferens
e. Epidydimis
f. Testis
g. Scrotum
h. Kelenjar Prostat
i. Vesikula Seminalis
j. Kndung Kencing


Cara menjaga kesehatan Reproduksi Remaja sebagai berikut :

1. tidak melakukan Free Seks
2. rutin / setiap hari nganti pakaian dalam
3. tidak memebersihkan organ Reproduksi dengan sabun.
4. cukur rambut kamaluan secara rutin
5. mencuci bersih organ Reproduksi dengan bersih setelah buang air kecul maupun besar agar sisa air seni / air kencing tidak menempel pada kulit kelamin.

Tentang Ziarah Kubur

PENGERTIAN ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi’, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)
Baca selengkapnya disini

:http://asysyifawalmahmuudiyyah.wordpress.com/2008/04/28/ziarah-kubur-dalam-pandangan-ahlus-sunnah/#more-136

Tips dan Tata Cara Ziarah Kubur yang Baik dan Benar (Agama Islam)

Dari pengertian dan definisinya ziarah kubur adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang telah meninggal dunia baik yang dulu semasa hidupnya kita kenal maupun yang tidak kenal. Pada saat berziarah ke kuburan sebaiknya anda mengikuti tata cara yang baik agar mendatangkan hikmah bagi yang berziarah maupun yang diziarahi.

Contoh makam yang orangnya dulu pernah kita kenal adalah seperti makam orang tua, saudara, teman, guru, tetangga, pacar, dan lain sebagainya. Ziarah ke kuburan yang orangnya dulu tidak kita kenal adalah seperti menziarahi taman makam pahlawan, makam ulama islam, dan lain-lain.

Adab Dalam Berziarah ke
tempat pemakaman yang Baik dan Benar Menurut Islam :

1. Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman.
2. Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah SWT, Bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal atau seperti ingin ke
tempat rekreasi atau rekreasi keluarga.
3. Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, dll di atas makam orang mati
4. Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar, kencing, meludah, melakukan hubungan suami isteri, buang sampah sembarangan, dan lain-lain.
5. Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur
6. Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang di alam kubur sana dengan ikhlas
.

ZIARAH KUBUR ANTARA SUNNAH DAN BID'AH


Dalam tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual ke agamaan. Seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia telah melakukannya. Pada zaman permulaan Islam berkembang Nabi Muhammad SAW melarang kaum muslimin menziarahi kuburan. Larangan ini lantaran kekhawatiran terjadi kesyirikan dan pemujaan terhadap keburan tersebut. Apalagi bila yang mati itu adalah termasuk orang-orang yang saleh. Di samping itu keimanan para sahabat masih lemah dan membutuhkan pembinaan dari Rasulullah SAW.
Peringatan tersebut tidak hanya ditujukan kepada para sahabat saat itu, tetapi juga kepada umat sekarang ini sebagai generasi berikutnya. Ternyata kalau kita perhatikan apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW memang terjadi saat ini. Di zaman ini banyak kaum muslimin yang salah dalam menerapkan ziarah kubur. Mereka melakukan ziarah kubur hanya sekedar mengikuti adat dan tradisi daerah. Sehingga syariat Islam bercampur tradisi yang sesat.
Hikmah dan manfaat ziarah kubur
Ziarah kubur banyak memiliki hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah :

1. Ia akan mengingatkan akhirat dan kematian sehingga dapat memberikan pelaja ran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam kehidaupan.

2. Mendoakan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampuna untuk mereka atas segala amalan di dunia.

3. Untuk menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

4. Untuk mendapatkan pahala kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilaku kannya.

Ziarah kubur adalah wasilah menuju Allah swt.

Melihat kuburan yang sunyi,gelap,timbunan tanah diatasnya akan menggerakkan hatii dan jiwa manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Bila seseorang meli hatnya lebih dalam lagi maka akan berkata pada dirinya sendiri; ''Kehidupan dunia adalah sementara karenanya beberapa saat lagi akan berakhir dengan kemusnahan seluruh kebutuhan materi yang selama ini dicari dengan berbagai cara, adakah bekal ruhani yang telah dipersiapkan untuk kehidupan di alam sana?''
Menyaksikan nisan-nisan dapat melembutkan hati yang paling keras sekalipun, membuat pendengaran yang paling tuli dan memberikan cahaya kepada penglihatan yang paling samar. Menyebabkan orang melihat kembali cara hidupnya, mengevaluasinya, berpikir mengenai pertanggung jawaban nya yang berat dihadapan Allah dan manusia serta terhadap kurangnya amal kebajikan yang telah dibuat.
Di samping itu, ziarah kubur, terutama kepada para Nabi dan orang-orang saleh, dapat memberikan berkah dan tempat untuk mendapatkan wasilah serta syafaat dalam perjalanan ruhani menuju Allah SWT. Kelak, kata Rasulullah, dalam hadisnya, ''di akhirat ketika tidak ada lagi pembela di hadapan Allah Ta'ala, kalian akan mendapatkan syafaat dariku, ahlul baitku, para syuhada dan orang-orang saleh di antara kalian.''
Di dalam Al-Quran disebutkan antara lain tugas Rasulullah SAW (dilanjutkan para ulama) dalam membimbing umat manusia adalah mensucikan hati. ''Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang Rasul di antara mereka yang membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah. Susungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.''(QS.62:2).
Sunnah-sunnah dalam ziarah kubur

Manfaat dan hikmah yang telah tersebut diatas dapat diperoleh dengan sempurna apabila seseorang yang akan melakukan ziarah kubur harus mengetahui sunnah dan tata cara berziarah yang benar sesuai tuntunan syari’at. Diantara petunjuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ziarah kubur adalah sebagai berikut:

1. Ziarah kubur dapat dilakukan setiap saat dan kapan saja, tidak ada kekhususan hari atau waktu tertentu karena salah satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, hati tersentuh sehingga menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.

2. Ketika ziarah kubur disertai dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaan-Nya semata.

3. Mengucapakan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan). Diantara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah yang artinya : "Keselamatan semoga terlimpah kepada para penghuni (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (meninggal) diantara kami dan yang belakangan, insya Allah kami semua akan menyusul (Anda)". (lafazh ini berdasar riwayat Imam Muslim)

Bid'ah-bid'ah dalam ziarah kubur

1. Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum’at, tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya. Semua itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur.

2. Thawaf (mengelilingi) kuburan, beristighatsah (minta perlindungan) kepada penghuninya terutama sering terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula menyembelih disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit.

3. Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual.

4. Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya.

5. Shalat diatas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit.

6. Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.

7. Membangun kubur, memberi penerangan (lampu), memasang selambu atau tenda diatasnya.

8. Menaburkan bunga-bunga dan pelepah pepohonan diatas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa.

9. Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.

10. Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab sehing-ga harus memilih tempat tersebut.

11. Membawa dan membaca Mushaf Al Qur’an di atas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan. Juga mengkhususkan membaca surat Ya sin dan Al Fatihah untuk para arwah.

12. Ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda:
“Allah melaknat para wanita yang sering berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid”(Riwayat Imam Ahmad dan Ahlus sunan secara marfu’)

13. Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira’ (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.

14. Berdiri di depan kubur sambil bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat (terkesan meratapi atau mengheningkan cipta, red).

15. Buang hajat diatas kubur.

16. Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata

17. Memakai sandal ketika memasuki komplek pemakaman, namun dibolehkan jika ada hal yang mambahayakan seperti duri, kerikil tajam atau pecahan kaca dan sebagainya, atau ketika sangat terik dan kaki tidak tahan untuk menginjak tanah yang panas.

18. Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat pedupaan untuk membakar kayu cendana atau kemenyan.

19. Duduk di atas kuburan

20. Membawa jenazah dengan sangat pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

21. Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara ibadah disana.

Kesimpulan :

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya ziarah kubur itu ada dua macam:

1. Ziarah syar’iyah yang diizinkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan dalam ziarah ini ada dua tujuan, pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan, yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari orang yang berziarah.

2. Ziarah bid’iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut di atas, di antaranya untuk shalat di sana, thawaf, mencium dan mengusap-usapnya, mengambil sebagian dari tanah atau batunya untuk tabaruk, dan memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran rizki, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari segala petaka dan marabahaya dan permintaan-permintaan lain yang hanya biasa dilakukan oleh para penyembah berhala dan patung saja.

Maka selayaknya setiap muslim berpegang dengan ajaran agamanya, dengan kitabullah dan sunnah nabinya serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat yang tidak pernah diajarkan dalam Islam. Dengan itu maka akan diperoleh kebahagiaan di dunia maupun diakherat kelak, karena seluruh kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya sedang keburukan selalu ada dalam kemaksiatan dan ketidaktaatan. Allahu A'lam.

Sumber Bacaan :

1. Makalah Ziarah Kubur antara Sunnah dan Bid'ah (internet)

2. Menziarahi Kubur Menurut Islam (internet)

3. Ziarah Kubur Merupakan Wasilah Menuju Allah SWT (internet)

4. Ziarah Kubur (internet)

Ziarah Kubur oleh Ibnu Taimiyah.

ABSTRAK

Aktivitas ziarah kubur bagi sebagian golongan dalam Islam terutama bagi orang awam bukan lagi semata mendo'akan arwah leluhur melainkan ada juga yang telah melenceng jauh, yakni ziarah dianggap sebagai sarana komunikasi antara orang yang sudah meninggal dengan yang masih hidup sehingga adanya pemujaan terhadap ruh, sehingga ada sebagian dari golongan dalam Islam yang secara ekstrim melarang untuk melakukan ziarah kubur dikarenakan hal demikian adalah bid'ah. Padahal jika dilihat fungsi yang sebenarnya dari ziarah adalah pendekatan diri kepada Allah SWT serta satu media mengingat pada kematian dan ziarah juga merupakan sarana untuk mendo'akan orang yang telah meninggal dunia. Hal ini juga sejalan dengan akidah tentang tauhid dan doktrin keagamaan mazhab kaum Syi'ah. Memang, jika dikaitkan dengan mazhab-mazhab atau golongan dalam Islam. Sebagian menganggapnya tidak masalah karena merupakan perbuatan yang mustahab (dianjurkan, disunatkan), sebagian kalangan lain menganggap tidak perlu dilestarikan karena ditakutkan menyimpang pada kemusyrikan.

Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji tentang ziarah kubur menurut Syi'ah yang terdapat dalam kitab hadis al-Kafi dengan tujuan untuk mengetahui hakekat, fungsi, bentuk-bentuk, tata cara, serta keutamaan ziarah kubur dalam Syi'ah. Penelitian ini berdasarkan atas hadis-hadis tentang ziarah kubur dalam kitab hadis al-Kafi karya al-Kulaini. al-Kafi adalah salah satu kitab hadis yang menduduki peringkat tertinggi di kalangan Syi'ah, serta pengarangnya al-Kulaini adalah seorang ulama Syi'ah terkenal dan termasuk generasi ahli hadis ke empat serta merupakan sosok fenomenal di mana beliau selain seorang faqih sekaligus juga seorang muhadis.

Fokus kajian dalam penelitian ini akan menelaah hadis-hadis tentang ziarah kubur dalam kitab Furu' al-Kafi karya al-Kulaini. Penelitian ini menggunakan literatur kepustakaan sebagai prespektif keilmuan dasar. Dalam pengolahan data digunakan metode deskriptif analitik, yakni pencarian data dengan interpretasi yang tepat kemudian di analisis dengan menguraikan data dengan sumber yang ada.

Dari hasil penelitian ini bahwa ziarah kubur menurut Syi'ah tidaklah termasuk perbuatan musyrik, akan tetapi termasuk perbuatan mustahab (dianjurkan, sunah), sebagaimana yang telah ditunjukan dalam hukum (syara') dengan berdasarkan pada hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-kafi. Pada hakekatnya ziarah kubur termasuk bentuk wujud ketaatan dan kedekatan yang paling utama, setelah ibadah yang wajib. Sebab, ziarah kubur merupakan hal terbaik dalam sunah memohon dan menyerahkan diri kepada Allah. Ziarah juga merupakan media komunikasi yang efektif antara seoarang peziarah dengan yang diziarahi. Dalam syariat yang suci terdapat dorongan dan penekanan yang sangat untuk saling menziarahi diantara sesama kaum muslimin, sehingga terealisir persatuan dan keridhaan Allah. Dari segi manfaatnya ziarah kubur memberikan banyak manfaat keagamaan dan sosial, yang diberikan oleh para imam, yaitu menambah eratnya hubungan cinta antara para imam dan pengikutnya, serta mengingatkan hati akan ajaran, akhlak, dan jihad mereka di jalan Allah.

Copyrights : Copyright � 2009 by Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Sabtu, 17 April 2010

MAKALAH PANCASILA

MAKALAH
PANCASILA


Dosen Pembimbing :
Drs. Kustomo









Disusun Oleh :

Kelompok 9
1. Amirul M. ( 086202 )
2. Dian Triana ( 081352 )
3. Maulana Febrianto ( 086243 )
4. Ika Nur Lailiyah ( 081014 )
5. Jeffy ( )
6. Andit T. N. ( )


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2008-E
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2008



KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT serta limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan tugas yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI” bisa terselesaikan.
Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat Islam ke jalan yang benar.
Dalam penulisan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Drs. Kustomo selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penusunan tugas ini. Penulis menyadari bahwa kekurangan dan kesalahan banyak ditemui dalam penulisan tugas ini. Oleh karena itu kurang ariflah jika penulis tidak membuka dan mengharapkan kritik dan saran kostruktif dari semua pihak sehingga demi perbaikan selanjutnya






Jombang, November 2008


Penulis











BAB I
PENDAHULUAN


A.Latar Belakang
Proses pembangunan dalam PJP II Pelita ke tujuh ini menghadapi tantangan yang sangat hebat, yaitu terjadinya krisis ekonomi yang kemudian disertai dengan krisis politik yang pada gilirannya munculnya gerakan reformasi yang menuntut penataan kembali pemerintahan negara yang benar, demokratis, dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
Hal ini adalah sebagai akibat praktek kehidupan selama orba yang penuh dengan KKN ditambah lagi dengan pengaruh global baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam era reformasi dan pengaruh global yang sangat kuat dengan melalui reformasi, maka tidak mengherankan banyak pengaruh ideologi lain terhadapkesatuan dan persatuan indonesia. Maka agar bangsa indonesia tidak jatuh lebih parah lagi maka harus memiliki kewaspadaan nasional.

B.Tujuan
Agar meningkatkan patriotisme dan kesetiakawanan sosial
Untuk menciptakan pranata sosial dan dinamis
Untuk mengamalkan pancasila

C.Manfaat
Meningkatkan patriotisme dan kesetiakawanan sosial
Menciptakan pranata sosial yang dinamis






BAB II
KEWASPADAAN NASIONAL

A.Pengantar
Proses pembangunan dalam PJP II Pelita ke tujuh ini menghadapai tantangan yang sangat hebat, yaitu terjadinya krisis ekonomi yang kemudian disertai krisis politik yang pada gilirannya muncul gerakan reformasi yang menuntut penataan kembali pemerintahan Negara yang benar-benar demokratis dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Ekonomi Indonesia pada pelita ke tujuh ini mengalamai kehancuran sehingga praktis GBHN tidak dapat di realisasikan sesuai dengan rencana yang telah digariskan oleh MPR, terutama yang berkaitan dengan dana yang mengalami tekanan yang sangat hebat. Hal ini adalah sebagai akibat praktek kehidupan pemerintahan selama Orba yang penuh dengan KKN, ditambah lagi dengan pengaruh global sehingga krisis politik dan ekonomi tidakdapat dilepaskan dengan pengaruh global baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya hutang luar negeri, ketergantungan pada dana moneter internasional IMF dan lain sebagainya.
Oleh karena itu dalam era reformasi dan pengaruh global yang sangat kuat dewasa ini dengan melalui reformasi, maka tidak mengherankan banyak pengaruh-pengaruh ideologi lain terhadap kesatuan dan persatuan Indonesia. Maka agar bangsa Indonesia tidak jatuh lebih para lagi maka harus memiliki kewaspadaan nasional berikut ini.
B.Hakikat Kewaspadaan Nasional
Kewaspadaan adalah merupakan manifestasi aktual dari kemampuan intelektual manusia dengan sadar untuk menentukan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi dan mengambil keputusan sebagai pilihannya yang baik dan benar. Dengan demikian, kewaspadaan nasional berarti kesadaran dan kesiagaan bangsa untuk melihat dengan tajam dan teliti masalah yang dihadapi secara nasional, baik dalam bentuk kerawanan, gangguan, hambatan, ataupun tantangan serta mampu menemukan peluang yang terbuka sehingga dapat mengambil keputusan dan sikap yang benar dan baik bagi keselamatan, kelestarian dan kepentingan bangsa dan negara. Dengan demikian, terbuka peluang yang makin besar bagi bangsa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang melibatkan segala aspek kehidupan bangsa dan dengan demikian membentuk dan memiliki suatu kekuatan yang real dan efektif, yang berupa kemampuan dan ketangguhan bangsa untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi bangsa yang dimaksud itu adalah ketahanan nasional yang pada hakikatnya bersifat dinamis dan merupakan wujud yang integral dari aspek-aspek kehidupan bangsa, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.
C.Kewaspadaan dalam Mengamalkan Pancasila
Dalam kondisi bangsa dan negara yang sedang melakukan reformasi ini maka banyak Ancaman, Gangguan, Hambatan serta Tantangan yang harus diwaspadai oleh bangsa Indonesia.
1.Cara Berpikir dan Mentalitas yang Perlu Diwaspadai
Berbagai sikap dan cara hidup dalam bermasyarakat yang perlu diwaspadai yang menimbulkan berbagai kerawanan antara lain sebagai berikut :
a).Sikap Materialistis
Sikap menghargai materi adalah baik, akan tetapi mendewakan materi dengan menganggapnya sebagai ukuran dasar untuk menilai makna hidup adalah bertentangan dengan nilai pancasila dan mengakibatkan manusia cenderung serakah. Hal yang demikian ini mengakibatkan sikap yang tidak peka terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan terutama terhadap nilai-nilai ketuhanan.
b).Mentalitas yang Berorientasi pada kekuatan dan Kekerasan
Mentalitas ini tercermin dalam perilaku yang midah mengambil sikap atau tindakan kekerasan sebagai cara menangani masalah yang dihadapinya. Bagi aparatur negara atau penyelenggara negara, ikap yang demikian ini jelas tidak demokratis dan mencerminkan tindakan negara kekuasaan dan bukan negara hukum. Hal yang demikian ini menunjukkan kemiskinanan budaya serta membahayakan masyarakat.
c).Sikap yang Formalistis
Kalaupun sikap ini nampaknya mematuhi peraturan, namun pada dasarnya tidak dapat menghargai makna peraturan dan cenderung menyalahgunakannya. Sikap ini menjadi lemah dan tidak kukuh dalam pendirian. Konsekuensinya mudah terjerumus dalam kemunafikan.
d).Sikap yang Primordial
Sikap primordial adalah sikap yang sempit dan isolatif serta hanya mengutamakan kepentingan asal-usul kelompok seperti marga, ras, suku, golongan, daerah, maupun agama. Primordilalisme sebagai sikap yang mementingkan persepsi, pandangan dan kepentingan kelompok ikatan lama, antara lain mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1).Mempersempit moralitas pengakuan terhadap kesamaan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta membatasi hanya kepada kelompok saja.
2).Melunturkan wawasan kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa.
3).Mempersulit upaya pencapaian konsensus nasional dan loyalitas bersama sebagai suatu bangsa.
4).Cenderung mengingkari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.Sumber Ancaman Gangguan, Hambatan dan Tantangan
a).Komunisme
Pelopor aliran Komunisme adalah Karl Marx abad 19, yang beraliran sosialis radikal. Ajaran Marx tersebut Marxisme dikembangkan oleh Lenin menjadi Marxisme-Leninisme, yang kemudian juga oleh Stalin dijadikan dasar ideologi negara komunis. Pokok komunisme yang bertentangan dengan pancasila antara lain sebagai berikut :
1).Ajaran komunisme bersifat atheis, karena ajaran komunisme didasarkan atas kebendaan, maka ajaran komunisme tidak percaya adanya Tuhan.
2).Komunisme adalah internasionalisme, yaitu prinsipnya masyarakat komunis adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Maka komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme, hal ini bertentangan dengan sila persatuan Indonesia.
3).Komunisme membangun negara berdasarkan kelas. Adapaun ciri-ciri kahs yang diterapkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.Menciptakan situasi konflik dengan mengadu domba beberapa pihak tertentu (pertentangan kelas)
2.Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
3.Bilamana golongan komunis telah merasa kuat dalam masyarakat maka akanmengadakan pemberontakan untuk menguasai negara.
b).Liberalisme
Ajaran liberalisme bertitik tolak dari paham individualisme yang mendasarkan pada hak dan kebebasan individu yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa kecuali dengan persetujuannya. Kemudian pada abad 19 individualisme mengembangkan kapitalisme yang eksploitatif, penguasaan atas alat produksi oleh para kapitalis dan pemerasan atas buruh, walaupun kemudian berangsur-angsur melakukan perbaikan atas nasib buruh.
c).Fasisme dan militerisme
Fasisme pada dasarnya mendambakan suatu negara yang kuat, dengan pemusatan kekuasaan yang tunggal denganmembangun orientasi nasionalisme eksklusif dengan mengandalkan kekuatan militer sehingga menganggap rendah harkat dan martabat bangsa serta manusia lain. Paham ini jelas bertentangan dengan pancasila yang Berketuhanan yang maha Esa, Berkemanusiaan, Berpersatuan Berkerakyatan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d).Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu paham yang hanya menghargai manfaat atau guna secara praktis sebagai hasil akhir, dan bukan prinsip-prinsip yang mendasari usaha untuk memetik manfaat dan memberikan hasil. Jadi dalam kaitannya dengan Pancasila maka Pragmatisme pada hakikatnya adalah anti ideologi, karena ideologi adalah tidak ada manfaatnya.
3.Penanggulangan dan Pencegahan
Untuk menanggulangi kerawanan dan AGHT tersebut maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a).Berpikir integralistik .
b).Meningkatkan pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila.
c).Membina kerukunan hidup umat beragama.
d).Meningkatkan ketaatan pada Hukum, Moral, dan Agama.
e).Meningkatkan kemampuan berpikir rasional dan kritis.
f).Meningkatkan patriotisme dan kesetiakawanan sosial.
D.Kewaspadaan dalam Rangka Menegakkan UUD 1945
Dalam menegakkan UUD 1945 juga terdapat berbagai macam kerawanan yang harus diwaspadai, sebagai berikut :
1.Suasana Hubungan yang Menimbulakan Kerawanan
a.Suasana Hubungan yang Feodalistik
Suasana hubungan yang feodalistik tersebut adalah merupakan pengaruh penjajah dan masa kerajaan. Dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945, setiap warga negara mempunyai kedudukanyang sama dimuka hukum dan pemerintahan dan tanpa membedakan suku, ras, asal-usul, juga tidak berorientasi pada penguasa.

b.Suasana Hubungan yang Otoriter
Inti sikap otoriter adalah mengandalklan kekuasaan belaka, dan tidak mengindahkan pendapat dan pertimbangan orang lain, walau baik sekalipun. Faktor emosional lebih dominan dibanding rasional sehingga instruksi nerupakan satu-satunya jalan komunikasi, dengan akibat potensi yang ada dalam masyarakat kurang mendapatkan kesempatan untuk dimanfaatkan sehingga frustasi dan apatisme makin meningkat dikalangan masyarakt banyak. Sikap atau hubungan yang otoriter, jelas tidak sesuai dengan semangat demokrasi.
c.Suasana Hubungan yang Totaliter
Sausana hubungan yang bersifat tertutup dan tidak membuka pintu kebebasan. Perbedaan pendapat cenderung ditekan secara represif. Suasana ini lebih kaku dari pada iklim otoriter karena membuat kehidupan masyarakt menjadi makin membeku. Jadi jelas tidak sesuai dengan ketentuan dan semangat UUD 1945 yang mengutamakan demokrasi dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
d.Suasana Hubungan yang Anarkhistis
Situasi yang anarkis menunjukkan tata kehidupan yang tidak menentu karena tatanan hukum tidak diperhatikan dan tidak ditetapkan dengna semestinya. Pada umumnya situasi yang anarkis timbul karena lemahnya kepemimpinan atau karena aspirasi rakyat tidak tertampung oleh struktur sosial yang ada, bahkan terhambat oleh struktur kekuasaan yang ada. Terutama dalam upaya bangsa Indonesia mengadakan reformasi ini suasana anarkis telah terjadi, diberbaai kota termasuk di Jakarta.
e.Suasana Hubungan yang Diskriminatif
Sikap atau suasana hubungan yang diskriminatif jelas tidak sesuai dengan ketentuan dan semangat UUD 1945 yang menghendaki persamaan setiap warga negara, juga bertentangan dengan wawasan kebangsaan yang terdiri atas kebhinekaan dan keragaman suku, adat, ras, golongan, dan agama.
f.Suasana Hubungan yang Eksplotatif
Suasana yang eksploitatif yaitu hubungan yang ada dalam masyarakat dan atau negara yang mengeksploitasi antara unsur masyarakat yang satu terhadap yang lainnya, baik dalam bidang politik, ekonomi hukum maupun kehidupan sosial. Oleh karen aitu kondisi tidak sesuai dengan UUD 1945 dan semangat reformasi dan justru reformasi untuk menghilangkan praktek eksploitasi melalui KKN.
2.Sumber AGHT
a.Sentralisme
Sentralisme yaitu keadaan dimana seluruh kekuasaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dilakukan dan ditentukan dari pusat.
b.Nepotisme
Nepotisme adalah suatu kondisi hubungan dalam pemerintahan yang berdasarkan hubungan keluarga, antara lain pemberian kedudukan, jabatan, posisi, kekuasaan maupun fasilitas dalam pemerintahan berdasarkan hubungan keluarga (Ismail,1998). Nepotisme tidak sama dengan asas kekeluargaan yang terkandung dalam UUD 1945, karena asas kekeluargaan dalam UUD 1945 ukuran utama kemanfaatan, kesejahteraan adalah pada rakyat secara bersama sebagai suatu bangsa tanpa menghilangkan hak-hak warga negara sebagai individu. Dalam gerakan reformasi ini nepotisme merupakan penyakit pemerintahan dan akan dihilangkan dan praktek nepotismelah yang mengakibatkan korupsi dan kolusi.
c.Etatisme
Sistem ini menunjukkan suatu pemerintahan dengan kekuasaan sepenuhnya ada di tangan negara. Negaralah yang mengatur seluruh kehidupan masyarakat sehingga kurang memberikan peluang dan peran bagi warga masyarakat. Sistem ini bertentangan dengan UUD 1945 yang menjunjung tinggi demokratis. Akibat kondisi negara seperti ini masyarakat menjadi apatis yang menyerahkan segalanya pada negara, dan pada gilirannya negara menjadi semakin lemah dan rapuh.
d.Separatisme
Suatu sikap separatisme adalah sikap yang ingin memisahkan dari kesatuan negara dan bangsa Indonesia. Hal ini berkembang dari sikap fanatisme daerah, suku, ras, golongan, maupun agama. Keadaan yang semacam ini jelas tidak sesuai dengan UUD 1945 karena negara kita adalah negara yang kesatuan republik yang berkedaulatan rakyat, jadi tidak ada paham negara dalam negara.
e.Monopoli
Monopoli adalah penguasaan atas proses dan kegiatan ekonomi dengan segala unsur-unsurnya demi kepentingan pribadi atau sekelompok orang.
f.Absolutisme
Absolutisme adalah suatu sistem pemerintahan yang mendasarkan pada kekuasaan absolut. Artinya tidak ada pembagian kekuasaan, jadi kekuasaan bersifat memusat sehingga yang berkuasa sekaligus pembuat undang-undangserta pembuat keputusasn. Oleh karena itu dalam reformasi kecenderungan pemerintahan yang absolut harus ditata ulang.
g.Diktator
Diktator adalah manifestasi sistem pemerintahan, dengan kekuasaan dipegang oleh satu tangan. Pemerintahan disatu tangan ini bisa oleh partai tunggal, oleh kelompok, atau oleh perorangan. Pemerintah yang diktator tidak memperhatikan aspirasi rakyat jadi tidak perlu kritik maupun kontrol.
3.Penanggulangan dan Pencegahan
a.Mengusahakan sistem legislasi nasional yang terpadu.
b.Menciptakan pranata sosial yang terbuka dan dinamis.
c.Menciptakan pranata sosial yang didasari semangat kebersamaan.
d.Membina pola hubungan sosial yang adil.
e.Menyelenggarakan koordinasi kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

E.Kewaspadaan dalam Rangka Melaksanakan Pembangunan Nasional
Krisis ekonomi, politik, hukum maupunkepercayaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan PJP II Pelita ketujuh ini, akan banyak menghadapi berbagai macam tantangan yang serius, terutama dalam rangka melakukan reformasi, oleh karena itu perlu diwaspadai berbagai kerawanan yang ada dalam masyarakat.
1.Kerawanan dalam Masyarakat
a.Korupsi dan Kolusi
Penguasaan dan perampasan hak-hak rakyat dalam praktek korupsi dan kolusi adalah target utama dalam reformasi, dan hal ini erat sekali kaitannya dengan praktek nepotisme.
b.Kemiskinan
Kemiskinan baik dalam arti absolute maupun dalam arti relatif, senantiasa merupakan faktor ketidakpuasan dan kegelisahan masyarakat. Kondisi kemiskinan ini merupakan faktor kerapuhan politik dalam suatu negara. Oleh karena itu dalam reformasi dewasa ini agenda utama yang harus diselesaikan adalah kemiskinan rakyat yang semakin parah, karena sudah menyangkut kebutuhan fisik minimum (KFM) antara lain sembako. Oleh karena itu pada pelaksanaan reformasi dewasa ini harus memiliki moral etik untuk menahan diri terlebih dahulu agar suhu politik tidak meningkat, dan mendahulukan kebutuhan minimal rakyat tanpa meninggalkan agenda reformasi lainnya seperti politik, hukum, sosial, budaya dan lain sebagainya.
c.Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu perbedaan yang terlalu dalam teruatam tentang tingkat sosial ekonomi yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat dikarenakan salah penentuan kebijaksanaan dalam pembangunan terutama dalam masa sebelum reformasi, dan reformasi ini berupaya untuk mengurangi sekecil mungkin kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan faktor penyebab ketidakpuasan dan dapat menimbulkan kekerasan sosial.
d.Factor lain yang menyebabkan kerawanan
Faktor-faktor lain yang menyebabkan kerawanan adalah sebagai berikut :
1).Keterbelakangan
2).Ketergantungan
3).Pencemaranlingkungan
4).Dekadensi moral
5).Apatisme dan ketidakpedulian sosial
F.Analisis masalah dalam pengamalan pancasila
Analisis dilakukan agar dapat memberikan suatu penilaian yang kritis dan obyektif serta pada akhirnya untuk dapat memberikan suatu solusi yang positif. Masalah-maslah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang dihayatinya nilai-nilai Pancasila, perbedaan pendapat diantara anggota masyarakat, penyelewengan atau mungkin kesenjangan sebagai upaya untuk menimbulkan kerawanan dalam kehidupan masyarakat. Masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat itu amat kompleks dan terbatas, oleh karena itu analisis dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang pengamalan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan dan pada akhirnyamampu memberikan arah bagi pengamalan Pancasila secara konsisten.
1.Sumber Nilai dalam Analisis
Dalam proses analisis pengamalan Pancasila sebagai sumber nilai adalah nilai-nilai pancasila. Maka dalam pengertian ini pancasila adalah sebagai “Das Sollen” yaitu sebagai nilai yang seharusnya direalisasikan. Adapun masalah peristiwa atau kasus dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai suatu “Das Sein” yaitu suatu yang ada dalam kenyataan hidup masyarakat. Oleh karena itu nilai-nilai pancasila adalah merupakan sumber nilai sebagai patokan dalam pemecahan analisis masalah.
2.Asas Analisis
Dalam melakukan analisis haruslah dengan menggunakan asas-asas serta kriteria yang jelas. Perlu diketahui bahwa proses analisis ini berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan dengan segala aspeknya. Oleh karena itu analisis dilakukan tidak hanya berdasarkan pada asas ilmiah rasional saja namun juga berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber pada Pancaasila sebagaimana dijelaskan di muka.
a.Asas Rasional Ilmiah
Masalah haruslah diambil (dikummpulkan) dari peristiwa-peristiwa yang timbul dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Misalnya masalah-masalah sosial, ternyata dikembangkan menjadi masalah politik. Kemudian diteliti hubungan sebab akibatnya, saling hubungan diantara faktor-faktor penyebab yang ada atau yang saling mempengaruhi misalnya masalah sara mengakibatkan masalah politik, masalah politik menyebabkan masalah ekonomi dan lain sebagainya. Akhirnya disimpulkan berdasar hukum-hukum logika.
b.Asas Normatif
Selain asas ilmiah dan dasar nilai-nilai pancasila juga norma-nirma yang harus ditaati dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu norma-norma peraturan perundang-undangan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka setiap permasalahan yang timbul dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara harus dianalisis dan dipecahkan berdasarkan norma-norma peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah dilakukan analisis tahap berikutnya yang sangat penting adalah berupaya untuk mencari alternatif pemecahan. Alternatif pemecahan ini tidak hanya dilakukan secara matematis dan kuantitatif saja, melainkan tetap harus berdasarkan pemikiran yang bijaksana , yaitu pemecahan berdasarkan akal, rasa, dan kehendak manusia.
3.Analisis Masalah-masalah Ketatanegaraan
Masalah-masalah kenegaraan dalam masalah ini adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan segala aspek penyelenggaraan negara, masalah-masalah tersebut antara lain :
a).Masalah undang-undang yang berkaitan dengan susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD sebagaimana tertuang dalam UU No. 2/1985.
b).Masalah Undang-undang tentang pemilihan umum sebagaimana tertuang dalam UU No. 1/1986.
c).Masalah nepotisme dalam keanggotaan MPR dan DPR.
d).Masalah reformasi politik.
e).Masalah reformasi hukum, dan masalah-masalah kenegaraan lainnya.
4.Analisis Masalah-analisis dalam Pelaksanaan Pembangunan
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sudah dapat dipastikan akan timbul berbagai macam masalah yang memerlukan pemecahan yang adil dan bijaksana. Masalah itu timbul terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan yang menyangkut kepentingan negara dan kepentingan warga negara, antara aparat pelaksana pembangunan dengan rakyat. Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut :
a).Masalah penggusuran tanah untuk kepentingan pembangunan bersama, misalnya pelebaran jalan, pembangunan potensi ekonomi dan lain sebagainya.
b).Masalah pelaksanaan HAM.
c).Masalah kenaikan BBM dan tarif listrik.
d).Masalah pendidikan dan lain sebagainya.
5.Analisis Masalah-masalah Kemasyarkatan
Masalah-masalah kemasyarakatan yang timbul dalam kehidupan bersama sangatlah luas dan kompleks. Kompleksitas masalah tersebut berkembang sesuai dengan tingkat-tingkat peradaban manusia. Semakin modern suatu masyarakat maka permasalahan yang timbul juga akan semakin banyak dan bahkan tidak terbatas dan meliputi berbagai bidang kehidupan antaralain :
a).Masalah lapangan kerja dan pengangguran.
b).Masalah sikap mental yang kurang disiplin.
c).Masalah narkotika dan kenakalan remaja.
d).Masalah kejahatan termasuk kejahatan intelektual
e).Masalah Pilkades.




BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan asas teoritis demikian, maka tidak mungkin suatu bangsa menganut dan melaksanakan suatu sistem ideologi yang tidak bersumber pada filsafat hidup atau filsafat negara mereka sendiri.
Mengingat idiologi bersumber dari filsafat hidup dan filsafat negara, maka wujud nilai-nilai dasarnya cenderung terpadu. Artinya sulit dibedakan kedua asas nilai filosofis dan idiologis

Lika Liku Talak 3

Nama : AMIRUL MUSLIMIN ( 086202 )
Prodi : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2008/E
Acara : PERCIKAN SANUBARI
Stasiun TV : TRANS TV

Kamis, 20 November 2008
Pkl.: 06.30


LIKA – LIKU TALAK TIGA

Talak artinya adalah menjatuhkan kata-kata menceraikan sang istri baik secara langsung maupun tidak. Menjatuhkan talak bukan sembarangan, tapi dengan alasan-alasan tertentu. Talak yang pertama kemudian dirujuk lagi oleh sang suami dengan catatan si istri harus dalam keadaan suci/tidak disetubuhi.begitupun jika terjadi talak yang kedua maka caranya adalah sama.
Namun pada talak yang ketiga sang suami bila ingin kembali merujuk si istri, maka tidak boleh lagi, karena dalam hukum islam tidak diperbolehkan/diharamkan oleh Allah SWT. Bila sang suami ingin merujuknya, maka si istri harus menikah dengan laki-laki lain dan jika dalam rumah tangga mereka bercerai/ditinggal mati oleh sang suami maka sang suami yang pertama baru boleh merujuknya, dengan menunggu masa iddahnya selesai.
Suami boleh menjatuhkan talak kepada si istri dengan catatan apabila:
Istri tidak bisa melayani sang suami dengan baik.
Istri yang tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Istri durhaka kepada suami.
“Dan kalau mereka ingin saling rujuk maka lakukanlah dengan maslahat (damai) & cara-cara islam yang baik”.
Hendaklah engau saksikan pada talak & rujuknya (saksi). (Abu Daud & Sanad Shahih).
“Dan pada sebuah riwayat muslim, Ibnu umar berkata: Seseorang berkata kepadanya: “Engkau mentalaknya sekali/dua kali. Sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh saya supaya saya merujuknya, kemudian saya merujuknya, kemudian saya menahannya sehingga bersih, lalu saya mentalaknya sebelum saya mencampurinya. Tapi apabila engkau telah mentalaknya tiga kali sungguh engkau telah durhaka kepada Allah SWT. Jadi kalau engkau merujuknya kembali padahal sudah jatuh talak tiga kali, maka engkau telah durhaka kepada tuhan; sebab talak yang masih dapat dirujuk itu hanya dua kali, Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 229: “Talak itu hanya dua kali, kalau ia mau, boleh menahanya cara suka sama suka,atau melepaskannya secara baik-baik.”
Al-Baqarah ayat: 229
                                                   
229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. [144] Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh.
Dimana mereka talak satu seharusnya mereka mengambil Ibroh (hikmah) karena mungkin dalam hubungan itu masih ada yang belum bisa mereka bina/pecahkan.

Pengertian Linguistik Umum

BAB I
PENGERTIAN LINGUISTIK

A.Linguistik Umum (General Linguistik)
Mempunyai tujuan agar mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bahasa dan ilmu bahasa.Sedangkan isi dri linguistik itu sendiri adalah sebagi berikut:
1.Dimensi bahasa dan spesifikasi
2.Paradigma dalam bahasa
3.Dasar-dasar morfologi
4.Morfologi
5.Sintaksis
6.Semantik
7.Progmatik
Linguistik umum berasal dari bahasa inggris Linguistic yang artinya adalah “Ilmu Bahasa”, tetapi yang sering dipakai adalah linguistik karena 1.) Lebih Esfisien, 2.) Internasional (umum/universal), 3.) Keilmuan.
Linguistik termasuk disiplin ilmu yang sejajar dengan ilmu lain seperti: Fisika, Bahasa Inggris, Kimia, dll.
Tata bahasa tidak sama dengan ilmu bahasa
Tata bahasa adalah: Studi tentang aturan-aturan yang ada pada bahasa, hanya mendiskripsikan yang terdapat dalam suatu bahasa saja.
Ilmu bahasa adalah: Unsur yang terdapat pada sisitem suatu bahasa.

Bunyi bahasa ada 2:
1.Speech sound: Lambang / simbol yang bersifat arbitrer.
Contoh => bunyi ayam, benda jatuh.
2.Non Speech Sound: Hanya bunyi yang dihasilkan oleh alat wicara manusia yang mengandung makna.
Contoh => I Love You, Ich Liebe Dich.
Ada 2 bentuk bahasa yang dinalisis oleh Humbolat ( Jerman )
1.Innece Sprache => Blach Box
2.Avrzere Sprache => yang menjadi objek studi linguistik
Pelopor General linguistics FD. Soussure membedakan 3 pengertian yaitu:
Langue = Bahasa tertentu => B. Inggris,B. China,B. Jawa.
Parole = Bahasa yang masih mentah perlu dikaji dulu.
Contoh: lafal,logat,ucapan yang berbeda mengapa_mengafa, S_d

Linguist dan Ahli bahasa itu tidak sama (berbeda)
Linguis adalah: Orang yang benar-benar punya pengetahuan tentang bahasa
Ahli bahasa adalah: Orang yang menyukai/menguasai sejumlah bahasa .
Linguistis ialah: Mempunyai sifat-sifat yang berkenaan dengan bahasa.
Bentuk bahasa ada 2 yaitu:
1.Bahasa lisan yang termasuk objek linguistik Primer.
2.Bahasa Tulisan yang termasuk objek linguistik Sekunder.
Ortobiografi adalah: Tulisan dalam linguistik,
dan sebelum muncul tulisan dulu disebut dengan philologi.Philologi mempunyai khas yaitu objek studinya adalah bahasa-bahasa klasik (B. kuno), dan mempelajari bahasa yang berbentuk naskah.
Sedangkan ciri khusus linguistik adalah: objek studinya bahasayang masih hidup ( B. yang masih dipergunakan ).
B.Linguistik mempunyai fungsi sebagi berikut:
1.Linguistik memberikan sumbangan terhadap berbagai persoalan berkaitan dengan kegiatan berbahasa.
Contoh: Bahasa dapat dikaji dan dipelajari hingga ditemukan sistem bahasa.
2.Linguistik bisa berperankan mendiskripsikan bahasa sebagai sebuah sistem ilmu sehingga bisa diketahui linguistik itu berkenaan dengan bunyi bahasa dan linguistik sebagai sistem temuannya.
Contoh: Bunyi vokal dan konsonan,struktur kata/kalimat dan arti.
Linguistik sebagai sebuah sistem temuannya:
1.Bunyi vokal dan konsonan.
2.Sruktur kalimat/kata: Reduplikasi,majemuk.
3.Arti ( dalam hal tertentu mempunyi keajekan = arti imbuhan ( men-, ber, ber-an, mer-i;saling berulang-ulang dll ).

C.PENTINGNYA BAHASA

Menurut Syamsuri (1982) menyatakan bahwa bahasa tidak terpisahkan dari manusia dalam setiap kegiatan.
Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia.
Fungsi khusus bahasa:
1.Fungsi personal
Untuk menyatakan diri atau mengaktualkan diri,mengaktulkan diri manusia ada 2:
1.Perasaan: Menyatakan isi hati
2.Pikiran: Logika
2.Fungsi interpersonal
Menyangkut hubungan antar penutur atau antar personal.
Tujuannya: membina hubungan sosial antar pemakai bahasa.
3.Fungsi Direktif
Untuk mengatur orang lain
Tujuan penutur:
1.Dampak tindakan orang lain.
2.Menyuruh orang lain.
3.Memberikan saran untuk melakukan tindakan.
4.Meminta sesuatu
Menurut Fasold (1984) pemakai bahas Direktif membawa resiko penutur harus menyampaikan bentuk-bentuk bahasa yang sesuai,menganalisis situasi,dan memprediksi konteks sosial budaya yang berlaku.
4.Fungsi Referensial
Menampilkan suatu referen (benda yang disebut/ditunjuk) dengan menggunakan lambang bahasa,
contohnya: Jika ingin membicarakan Maha Pecipta cukup dengan menggunakan lambang Allah.
5.Fungsi Imajinatif
Untuk meciptakan sutu imajinasi.
contohnya: Prosa, puisi.

D.Ciri-ciri Khusus Linguistik:
1.Linguistik is the science of language of it’s structure, Aquislhon, Relationship, to the other form of comunication.
“Linguistik adalah ilmu bahasa”
2.Linguistik is the study of human speech including the units, structure, nature and modification of language.
Yang telah ditelaah linguistik bukan bahasanya makhluk lain tapi bahasa manis yang termasuk didalamnya adalah bahasa memiliki satuan-satuan , susunannya, hakikatnya, perubahan bahasa seperti fonem, morfem, kata frase, relausa.
3.Linguistik is the scientific study of language.
Linguistik merupakan kajian terhadap bahasa yang dilakukan secara utuh.

E.FILOLOGI
“Filologi” ( inggris philologi, perancis philologie) sebabnya ialah bahwa dulu,terutama dalam abad ke-19 para ahlibahasa sering menyelidiki masa lampau dari bahasa-bahasa tertentu.(inggris,jerman,latin)dengan tujuan menafsirkan naskah-naskah kuno para sarjana bahasa pada zaman itu menyelidiki pula yang bermacam-macam diantara bahasa-bahasa serumpun.
Dewasa ini Filologi diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki masa kuno dari sesuatu bahasa berdasarkan dokumen –dokumen tertulis.
Jadi ahli bahasa kuno, misalnya tak perlu menhjadi spesialis ligustik, sebagai ahli fosiologi cukuplah ia.

F.Evaluasi soal-soal:
1.Apa yang dimaksud dengan linguistik?
2.Sebutkan beberapa bunyi bahasa?
3.Sebutkan fungsi-fungsi dari linguistik?
4.Sebutkan bentuk-bentuk bahasa?
5.Apa pengertian dari Ortografi & Philologi?
6.Sebutkan beberapa fungsi khusus bahasa?Jelaskan!
BAB II
BEBERAPA BIDANG DALAM ILMU LINGUISTIK

A.Pembagian Linguistik atas Berbagai Bidang
Dewasa ini tidak ada persetujuan diantara ahli linguistik bagaimana pembaian bidang-bidangnya. Diantara bidang yang dibedakan kita jumpai linguistik antropologis yaitu cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh ahli antropologi budaya, linguistik sosiologis atau sosiolinguistik, linguistik komputasional.
a.Antropologi berarti : “Study ilmu bahasa yang dihubungkan dengan perkembangan umat manusia.
b.Sosiolinguistik berarti : Study ilmu bahasa yang dihubugkan dengna kehidupan kemasyarakatan.

B.Linguistik Sinkronis dan Linguistik Diakronis
Kedua bahasa itu berasal dari Sausure
a.Linguistik Diakronis berasal dari bahasa Yunani dia berarti “Melalui” dan khronos yang berarti waktu (masa) penyelidikan tentang perkembangan suatu bahasa.
Misalnya : Bahasa Indonesia sekarang berlainan dari bahasa klasik dan berlainan juga dari bahasa melayu kuno yag tertulis pada prasasti-prasasti kedudukan bukit kalang tuwodan kota kapur.
b.Linguistik Sinkronis berasal dari Yunani Syin yang berarti “dengan” berarti juga bersama dan khronos yang berarti “waktu” berlainan bidangnya dengan linguistik diakronis atau menganalisis suatu bahasa tanap memperhatikan perkembangannya.
Misalnya : B. Indonesia atau B. Ingrris masing-masing dapat dianalisis tanpa memperhatikan perkembangan bahasa melayu klasik atau bahasa aklosakon atau menggeluti bahasa yang kita pakai sekarang.
C.Analisis Leksikal Gramatikal
Menurut sistematiknya, dalam setiap bahasa dapat dibedakan antra tata bahasa atau gramatical bahsa itu dan perbendaharaan kata atau leksikan dalam bahasa yang sama. Oleh sebab itu analisa tata bahasa atau analisa gramatikal dibedakan dari analisa leksikan atau leksikologi, atau disebut juga analisa leksikal.
Maka dri itu semantik (analisa makna) lazim dibedakan pula antara semantik gramatikal dan semantik leksikal.

D.Semantik
Semantik adalah cabang sistem bahasa yang menyelidiki makna atau arti (dalam linguistik dua istilah itu lazimnya tidak dibedakan). Perbedaan leksikon dan gramatical menyebabkan bahwa semantik itu kita bedakan pula antara semantik gramatikal.
a)Semantik leksikal
Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat dari semantik leksikal setiap leksem, atau unsuk leksikal memiliki arti, atau makna tertentu, diuraikan untuk setiap kata (dalam bahasa tertentu) hal itu merupakan tugas ahli leksikologi dan leksikogiafi.
b)Semantik maksud
Apakah segala maksud yang 6 berbeda dengan makna ujaran-ujaran yang kita ungkapkan mutlak termasuk semantik maksud? Pasti tidak selalu lihat itu mudah dimengerti. Contoh, saya berbicara dengan seorang teman. Saya senang menggoda dia. Mis saya katakan semantik maksud harus menyangkut bahasa, dalam hal metafora jelas menyangkut behasa, kadang-kadang sulit dibedakan maksud linggual dan maksud ekstralinggual, khususnya dalam lial nasa swara.


E.Fonetik, Fonologi, Morfologi, Sintaksis
Dari ke 4 taraf tersebut morfologi dan sintaksis disebut tata bahas/gramatika/yang tertinggi dalam “hierarki” sedangkan yang lebih rendah yakni fonetik dan morfologi keadaannya tidak termasuk tata bahasa. Banyak ahli linguistik dewasa ini mengungkapkan fonetis termasuk dalam fonologi.
Fonetik/ilmu bunyi menyelidiki bunyi terdapat dalam parole umpamanya fonetiklah yang merumuskan bahwa bunyi [d] dalam kata Indonesia tidak mempunyai aspirasi yang agak keras pada yang berbahasa jawa, dan tidak begitu keras atau sama sekali tidak pada ucapan orang didaerah lain nunyi l [t]. Dalam bahasa Inggris diberi aspirasi bila terdaapt pada amal dan diikuti sebuah vokal contoh yang pertama “TOP”. Contoh kedua “STOP”.
Contoh perbedaan fungsional dasar bunyi-bunyi /r/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia kedua bunyi diset (fonem) kita dapat mudah membuktikan dengan pasangan kata rupa dan lupa. Dalam bahasa Jepang perbedaan antara [r] dan [i] tidak fungsional karena tidak ada pasangan kata yang mengundang kedua bunyi itu yang dapat dipertentangkan jadi orang Jepang “mengacakkan” kedua bunyi tadi, tetapi sebetulnya tidak mengacakkan karena dari segi fungsional sama, dalam bahasa Indonesia perbedaan antara /r/ dan /i/ adalah perbedaan antar fonem, sedangkan bahasa Jepang perbedaan antara [r] dan [i] adalah perbedaan fonetis saja.
Morfologi atau kata bentuk analisa bagian-bagian kata. Misalnya dalam bahasa Indonesia kata terduduk terdiri atas “morfem”, ter- dan “morfem” duduk. Inggris confortable terdiri atas confort dan –able. Uncorvortable terdiri atas un dan confort dan –able. Morfem itu disebut satuan gramatikan yang terkecil dalam sistematis bahasa. Misalnya (terduduk terdiri atas delapan fonem) tetapi fonem tidak merupakan satuan gramatikal fonologi tidak termasuk tatabahasa. Morfologi termasuk tata bahasa.
Seperti morfologi menganalisa satuan gramatikal di dalam kata, demikian pula sintaksis (tata kalimat) menganalisa satuan gramatikal. Sebesar 1 atau daripada satu kata misalnya dalam kalimat Ahmad mengunjungi Amin. Ada macam-macam sentuhan “sintaksis” adalah kata sifat yang berasal dari kata benda “sintaksis” dan juga macam-macam hubungan diantara satuan macam-macam itu.
Seperti sudah dinyatakan di atas keempat bidang yang disebutkan dalam judul pasal ini merupakan suatu “hierarki” atau sesuatu keseluruhan yang bertaraf. Diagram di bawah ini dapat menjelaskan berikut:
Fungsional

Tidak fungsional Fonetik analisa bunyi di luar tata bahasa

F.Linguistik Teoritis dan Linguistik Terapan
Linguistik sebagai ilmu pengetahuan membutuhkan suatu teori yang konsekuen. Linguistik teoritis adalah bila seorang ahli linguistik
Memusatkan perhatiannya khusus pada pendirian suatu teori. Contohnya seorang ahli linguistik memberi uraian teoritis tentang kekerabatan bahasa austronesia dianggap telah mempunyai bahasa cukup tentang sistem bunyi sistem itu dan sebagainya. Dari bahasa-bahasa itu akan tetapi linguistik itu dapat dimanfaatkan untuk masalah praktis di luar linguis itu sendiri misalnya bagaimana mengatasi kesulitan dalam pengajaran suatu bahasa asing tersebut untuk sebagian tidak menyangkut bahasa. Misalnya umur siswa. Psikologi perkembangan pedagogik dan sebagainya. Linguis dapat dipakai untuk memudahkan soal-soal tadi lalu itu berarti menjadi linguis terapan.

G.Evaluasi Soal-soal:
1.Apakah yang dimaksud dengan antropologi dan sosiolinguistik? Jelaskan!
2.Apakah yang dimaksud dengan linguistik singkronis dan linguis diakronis?
3.Jelaskan yang dimaksud dengan semantik?
4.Coba jelaskan kembali istilah linguistik teoritis dan linguistik terapan?
5.Apa yang ketahui menganai semantik leksikal dan semantik maksud?
6.Kemukakan kembali menurut pendaptmu mengenai analisa leksikal dan gramatikal.














BAB III
FONETIK

A.Ada Tiga Jenis Fonetik
Fonetik dari bahasa Inggris : phonetics, kata sifat Indonesia “fonetis” berbeda dari “fonetik’ sebagai kata benda. Fonetik adalah penyelidikan bunyi-bunyi bahasa, tanpa memperlihatkan fungsinya untuk membedakan makna.
Fonetik ada 3:
1.Fonetik akustis
Menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisisnya sebagai getaran udara.
Contoh : kita memtik gitar maka tali gitar akan bergetar, sehingga menyebabkan udara bergetar pula dan terjadilah bunyi yang dapat kita dengar.
2.Fonetik auditoris
Penyelidikan mengenai cara penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Fonetik auditoris tidak banyak dikerjakan dalam hubungan dengan linguistik
3.Fonetis organis
Menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat (“organ”) bicara (organs of speech) dan bidang ini penting sekali bagi linguistik.






B.Alat-Alat Bicara
Hal pertama yang perlu diuraikan dalam fonetik organis ialah alat-alat bicara.
1.Paru-paru (hings)
2.Batang tenggorokan (trachea, wind pipe)
3.Pangkal tenggorokan (larynx)
4.Pita-pita suara (vokal chords)
5.Rongga kerongkongan (pharynx)
6.Akar lidah (root of the tongue)
7.Pangkal lidah (back of the tongue medium)
8.Tengah lidah (midlle of the tongoe, dorsum)
9.Daun lidah (blade of the tongue)
10.Ujung lidah (tip of the tongue)
11.Anak tekak (uvuta)
12.Langit-langit lunak, langit-langit tekak (soft plate, velum)
13.Langit-langit keras (hard palate)
14.Lengkung kaki gigi, gusi (alveolae, gums)
15.Gigi atas (upper teeth)
16.Gigi bawah (lower teeth)
17.Bibir atas (upper lip)
18.Bibir bawah (lower lip)
19.Mulut (mouth)
20.Rongga mulut (mouth cavity, oral cavity)
21.Hidung (nose)
22.Rongga hidung (nose cavity, oral cavity)




C.Cara Kerja Alat-Alat Bicara
Udara dipompakan dari paru-paru melalui batang tenggorokan ke pangkal tengorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita suara itu harus terbuka untuk memungkinkan arus udara keluar melalui rongga mulut, melalui rongga hidung/mellaui kedua-duanya, karena dalam batang tenggorokan untuk arus udara tidak ada jalan lain. Apabila udara keluar tanpa mengalami hambatan di sana sini, kita tidak mendengar apa-apa, bunyi bahasa dihasilkan hanya bila arus udara terhalang oleh alat bicara tertentu.

D.Konsonan dan Vokal
Kita harus membedakan bunyi konsonan dan bunyi vokal. Dalam mngucapkan vokal erjadilah aliran sempit antara pita suara karena tempat diantara pita suara tidak lazim disebut artikulasi antara bahasa-bahasa di duania jarang sekali kita jumpai vokal yang tidak bersuara, vokal yang tidak bersuara itu disebut dengan vocoid. Pengucapannya terjadi dengan cara yang dapat dibandingkan dengan pengucapan vokal bila penutur membisik.
Selain bunyi vokal dan konsonan kita juga mengenal apa yang disebut bunyi semo vokal/semi vowels yaitu [j], [w], dan [ŵ] sebenarnya termasuk konsonan tetapi kualitasnya tidak hanya ditetukan oleh alur sempit “kedua” tetapi juga oleh bangun mulut.

E.Beberapa Jenis Konsonan
Menurut cara pengucapannya dapat dibedakan konsonan sebagai berikut:
a)(Bunyi) letupan (plasives, stops) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara sama sekali ditempat artikulasi tertentu. Sesudahnya alat-alat bicara ditemapat artikulasi tersebut dilepaskan kembali. Bagian pertama disebut hambatan (implosi), bagian kedua disebut ketupan (eksplosi). Kedua taraf tersebut dapat terjadi diberbagai tempat artikulasi mis diantara bibir. Hasilnya letupan bilabial diantara ujung lidah dan langit-langit lunak hasilnya letupan apiko-velor.
b)Semua bunyi yang bukan letupan lazimnya disebut “kontinuan” (continuant). Bunyi kontinuan itu meliputi beberapa jenis, yaitu sengau, sampingan, paduan, geseran, dan aliran.
c)(Bunyi) sengau (nasals) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung. Penutupan arus udara ke luar melalui rongga mulut dapat terjadi, antara kedua bibir, hasilnya bunyi (m) antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi (n) antara tengah lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi (nj) antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya (n).
d)(Bunyi) sampingan (laterals) yaitu bunyi yang dihasilkan dengna menghalangi arus udara sehingga keluar melalui sebelah/biasanya kedua sisi lidah. Tempat artikulasi adalah antara ujung lidah dan lengkung kaki gigi, hasilnya bunyi (i).
e)(Bunyi) paduan atau afrikal (affricates) dihasilkan dengan menghambat arus udara disalah satu tempat artikulasi dimana bunyi letupan diartikulasikan, lalu dilepaskan secara “frikatie” artinya sehingga pada tempat artikulasi suatu aliran sempit dipertahankan,hasilnya bunyi geseran sebagai bagian kedua dari bunyi afrikat. Contoh (ťſ), (ď3), (ts).
f)(Bunyi) geseran atau frikatif (fricatives) adalah bunyi yng dihasilkan oleh alur yang amat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan bisa terjadi : antara pangkal lidah dan anak tekak, hasilnya bunyi (r) antara daun lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi (s), (z); antara gigi atas dan bibir bawah hasilnya bunyi (f), (v); antara ujung lidah dan gigi atas hasilnya (Ĵ), (θ).
g)(Bunyi) getaran (trills) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan ujung lidah pada lengkung kaki gigi. Jadi bunyi getar adalah suatu urutan dari “letupan” apiko-alveolar yang cepat sekali, sehingga ujung lidah menggeletar melawan lengkung kaki gigi dalam waktu yang sama dalam artikulasi konsonan. Contoh bunyi (r) dalam ucapan orang Indonesia.
h)(Bunyi) alir (liquids) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan terbentuknya alur sempit antara pita-pita suara (jadi semua bunyi alir adalah konsonan bersuara) sehingga alur sempit yang kedua lidah ada. Tempat artikulasi dapat terjadi diantara bibir, hasilnya bunyi (m), diantara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi (n), (i) ; atau antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi (n).
i)Bunyi kembar atau geminat (geminates), yaitu konsonan yang terjadi dengna memperpanjangkannya kalau bunyi itu sesuatu kontinuan atau dengan memperpanjang waktu antara implosi dan eksplosi dalam hal bunyi letupan. Misalnya coppa (capa) (itali) ‘jubah’ : sonne (suńa).

F.Semi Vokal
Semi vokal yang murni, bukan pula konsonan yangurni, tetapi secara praktis dianggap sebagai konsonan saja. Oleh sebab itu bunyi (j) kita sebut “semi vokal” vokal (u) merupakan vokal “bundar”. Maka dari itu (ŵ) adalah semi vokal.
Catatan : bunyi (ŵ) adalah ((ŵ) yang ‘bundar’ artinya (ŵ) yang bilabial, tetapi bunyi (w) itu dapat diartikulasikan secara labiodental artinya bibir bawah didekatkan pada gigi atas, tetapi tidak sedemikian dekat sehingga menjadi bunyi (v).

G.Beberapa Jenis Vokal
Ada beberapa cara untuk menggolongkan golongan bunyi-bunyi vokal.
1.Menurut posisi lidah yang membentuk ruang resonansi. Vokal digolongkan atas : vokal depan (front vowels), vokal tengah (central vowels), dan vokal belakang (back vowels). Vokal depan dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuklah suatu rongga yang menjadi ruang resonantsi, antara bagian depan lidah dan langit-langit, misal vokal (e). Vokal tengah dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan bagian diantara bagian tengah lidah dan langit-langit misal vokal (a).
Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuklah suatu rongga sebagai resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit misal vokal (o).
2.Menurut posisi tinggi rendahnya lidah, vokal dogolongkan atas vokal tinggi (high vowels), vokal mady (mid vowels) dan vokal rendah (low vowels), contoh : vokal rendah (a) dari vokal madya (e) dari vokal tinggi (i)
3.Menurut peranan bibir dapat kita bedakan antara vokal bundar (rounded vowels) dan vokal tak bundar (unrounded vowels).
Contoh vokal tak bundar (i) bila vokal tersebut dibundarkan maka menjadi (ii).
4.Menurut lamanya pengucapan vokal dengan mempertahankan posisi alat-alat bicara yang sama. Vokal dapat digolongkan atas vokal panjang (long vowels) dan vokal pendek (low vowels) lamanya itu sendiri disebut “kuantitas” (quantity).
5.Menurut peranan rongga hidung, bedakan antara vokal sengau (nasal vowels) dan vokal mulut/vokal oral (oral vowels).
H.Vokal Rangkap Dua
Vokal rangkap dua terdiri dari 2 bagian yang pertama dengan posisi lidah lain dibandingkan dengan posisinya pada yang kedua. Bila ada dua vokal, yaitu satu terdapat dalam satu suku kata dan yang kedua dalam suku kata berikutnya, maka tidak ada vokal rangkap dua. Contoh: dari diftong : (au) dalam kata Indonesia kalau, atau (ai) dalam kata Indonesia balai, tetapi (a) + (u) dalam kata Indonesia daun, atau (a) + (i) → air adalah contoh dari dua vokal “tunggal” diftong menurut perbedaan tinggi rendahnya dari unsur-unsurnya antara diftong yang “naik” dan yang turun.

I.Tulisan Fonetis
Dalam buku-buku fonetik serta fonologi kita jumpai bermacam-macam sistem pelambangan bunyi sistem semacam itu selalu terdiri untuk sebagian atas sejumlah huruf biasa dari abjad latin (abjad yang juga dipakai dalam tulisan ortografik bahasa Indonesia, ditambah dengna tanda (atau “karakter” atau simbol) lain-lain.
Sistem tulisan fonetis yang paling lazim dipakai adalah sistem dari international phonetik association.

J.Klasifikasi Vokal Tunggal
Vocal-vocal tunggal (simple nowels) dapat diklasifikasikan dengan memperhatikan tinggi rendahnya dan posisinya dari belakang ke depan. Menurut para ahli fonetik vokal yang paling tinggi adalah yang paling depan pula dan yang paling belakang adalah paling rendah pula.

K.Suku Kata (Silabe)
Suku kata atau silabe berasal dari bahasa Inggris syllable, kata sifatnya syllabic kata sifat Indonesia “silabe” adalah : satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran puncak ritme atau irama itu sama dengan kenyaringan atau sonoritas. Yaitu pantulan suara yang dihasilkan, yang dimungkinkan oleh adanya ruang resonansi. (Resonance chamber). Agaknya hal ini akan menjadi lebih jelas apabila kita bandingkan dengan suara di kamar mandi, dinding kamar mandi itu mengakibatkan pemantulan yang mengembalikan suara yang kita keluarkan, sehingga suara itu menjadi nyaring. Dengan keterangan diatas kiranya jelas bahwa puncak silabe (syllabic sound atau syllable peak) biasanya adalah bunyi vokal, oleh karena bunyi vokallah yang paling banyak memanfaatkan rongga mulut, hidung dan kerongkongan sebagai ruang resonansi.

L.Titik Nada
Dari sudut fonetik akustis aemua bunyi adalah getaran udara,dan makin tinggi frekuensi getaran itu lazimnya dihitung perdetik, makintinggi nada bunyi, nada bunyi bahasa yang paling mudah ditangkap oleh alat pendengaran ialah nada bunyi yang dihasilkan dengan pembentukan alur sempit antara pita-pita suara dan frekuensi getaran udara yang ditimbulkannya ditentukan oleh frekuensi getaran pita-pita suara ¯ ¯ istilah inggris (Titi) nada adalah Pitch Fariasi Titi nada yang menyertai seluruh kalimat atau bagian dari kalimat adalah intonasi atau intonation atau lagu atau melodi. Para ahli fonetik dan fonologi dalam menganalisa intonasi memakai istilah seperti nada “tinggi” high, “rendah” atau low, “sedang” (mid) tinggi rendahnya dibedakan menurut angka saja misal angka 1 sampai 4, contoh didalam klaimat apakah saudara sudah makan? Dalam analisa intonasinya sebagai berikut :




Apakah saudara sudah makan?
Perbedaan nada tidak absolut, artinya tidakmutlak perlu setiap penutur Indonesia memulai kalimat tanya tadi pada (mis), frekuensi 800 getaran perdetik. Yang penting adalah perbedaan relatif. Perbedaan relatif diantara nada-nada yang dipakai dalam intonasi dapat berbeda diantara bahasa-bahasa (mis. dalam bahasa Perancis nada yang tertinggidanyang terendah tidak terlalu berjauhan. dibandingkan dengan bahasa Inggris), demikian pula diantara dialek-dialek, dan diantara penutur bahasa individual

M.Tekanan dan Aksen
Tekanan (Inggris. Stress) dan aksen (Accent) sulit sekali dibedakan. Kesulitan-kesulitan tersebut terdapat pula dalam fakta-fakta yang dinamai oleh istilah-istilah tersebut. Kesulitan tadi untuk sebagian adalah terminologis (terminologi = peristilahan), dan untuk sebagian berupa praktis yaitu menyangkut fakta-fakta. Istilah Inggris stree sering dipakai sebagi nama dari accent jadi stress dan Accent sama. Misalnya kaidah Prancis bahwa dalam setiap kata silabe terakhirnya diberi Stress dapat dirumuskan pula dengan istilah “Accent”
Istilah “tekanan” kita pakai untuk apa yang dinamai sebagai “amplituso” dalam ilmu alam (dari kata latin Amplitudo lebarnya). Amplitudo adalah “lebarnya” getaran udara.
Tekanan, seperti halnya dengan nada, adalah relatif, tidak absolut, sekarang mari kita ambil suatu contoh konkrit dari tekanan misalnya : Bila saya mau pergi ke Buru (maksudnya Pulau Buru), tetapi entah karena apa anda mendengar “Ke Boro” “Ke Buru” (menekankan keraas), tekanan disini, yaitu pengucapan kata-kata tersebut adalah ucapan dengan amplitudo yang lebih besar, tekanan disini disebut “tekanan Kontras” (………) Ke Buru, bukan Ke Boro.

N. Evaluasi soal-soal
1.Bagaimanakah cara bekerja alat-alat bicara?
2.Ada berapakah jenis fonetis?
3.Apa yang dimaksud dengan bunyi konsonan dan bunyi vokal?
4.Sebutkan jenis-jenis konsonan dan bunyi vokal?
5.Dari mana asal bunyi fonetis itu?
6.Jelaskan pengertian dari suku kata syilable perbedaan tekanan dan aksen?
7.Bagaimanakah cara kerja alat bicara?




















BAB IV
FONOLOGI

A.Fonologi Sebagai Analisa Bunyi Secara “Fungsionil”
Fonologi disebut phanology sebagai bidang khusus. Sejauh ini dapat dibuktikan fonologi mempunyai arti ialah sesuatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan kata dari kata disebut juga dengan istilah fonem dengan perkataan lain sebagai penyelidikan. Tentang perbedaan minimal antara ujaran-ujaran, dan perbedaan minimal terdapat dalam perbedaan satu bunyi saja, dalam masing-masing kata itu yaitu masing-masing (l) dan (r) maka dari itu (l) dan (r) dalam bahasa Indonesia berbeda secara “fungsional” dalam arti tadi : dengan perkataan lain masing-masing / l / dan / r / merupakan fonem-fonem yang berbeda dalam bahasa Indo.
Kepada contoh ini mari kita tambahkan beberapa yang lain, bunyi (r) dalam bahasa Inggris diberi sesuatu “asperasi” (bagaikan suatu bunyi) (h) yang amat singkat sesudahnya bila bunyi tersebut terdapat pada awal kata dan di ikuti oleh focal. Misal : kata Top, di ucapkan sebagai (thop) (posisi sedikit lebih ke atas lambang h menyatakan sigkatnya sebagai “aspirasi” tetapi (t) itu di lafalkan tanpa aspirasi tadi bila tidak terdapat pada awal kata. Misalnya stop diucapkan (stop), maka dari itu bunyi (t) dan bunyi (th) tak merupakan forum yang berbeda yang ada hanya fonem / t /. Setiap bahasa fonem-fonem jauh lebih kecil jumlahnya dari pada jumlah bunyi fonetis. Jumlah fonem dalam suatu bahasa Khasanah atau (infentory of phonemis) sudah jelas bahwa pengkhasanahan atau infentarisasi fonem dari suatu bahasa lebih menerangkan sistematis bunyi-bunyinya dari pada suatu inventaris semua bunyi fonetisnya. Dalam istilah ahli fonologi oposisi tadi juga diset kontras.

Oposisi itu terbagi menjadi 2 :
1.Oposisi langsung
Dua fonem yang berbeda tidak pernah terdapat dalam pasangan minimal.
Contoh fonem /h/dan /ŋ/tidak dapat dibuktikan oposisinya dalam pasangan minimal, karena kebetulan /h/ hanya terdapat awal kata dan /ŋ/ tidak pernah terdapat awal kata.
2.Oposisi tidak langsung
Dalam peristilahan indirec oposition /h/ dan /ŋ/ dalam Inggris tidak di kontraskan atau tidak berkontras. Perlu juga diketahui istilah fonologis “beban fungsionil” (functional load) makin banyak pasangan kata dibedakan secara minimal, makin “tinggi” pula “beban fungsionil” fonem-fonem yang membedakannya misalnya : /l/ dan /r/ berfungsi pembeda makna dalam banyak sekali pasangan kata dalam bahasa Indonesia.
Tetapi dapat terjadi bahwa pasangan fonem membedakan jumlah sedikit sekali dalam bitertentu. Misaldalam bahasa jawa baru kata amba (όmbό) “lebar” dibedakan dari kata amba (όmbό) amba disebut juga saya hanya dalam posisi antara bunyi (a) dan (ό)
Sedangkan kebanyakan kali perbedaan diantara (a) dan (ό) tadi tidak terdapat dalam pasangan minimal tersebut. Dibawah ini yang berbeda bila (a) dan (ό), tak disebutkan dalam fonem yang berbeda (dan hal itu dapat dipersoalkan).
Fenomena lain yang perlu kita ketahui dalam pasal ini adalah “variasi bebas” istilah itu mengandalkan dari variasi diantara bunyi yang termasuk dalam fonem saja tidak bebas. Misalnya /t/ beraspirasi dalam top dalam tidak beraspirasi dalam stop dan tidak boleh sebaliknya. Tetapi bagaimana variasi dalam lingkungan yang sama, sedangkan kedua bentuk yang bersangkutan jelas tidak merupakan kata-kata yang berbeda. Misalnya telur/telor, berjuang/berjoang, nasihat/nasehat, kurban, korban, kendang, gendong dan seterusnya. Pastilah ada perbedaan fonemnya antara (a) dan (ό), dan /e/ dan /I/, /k/ dan /g/. Padahal kebetulan dalam kata-kata tadi dapat bervariasi bebas.

B.Penafsiran Ekafonem dan Penafsiran Dwifonem.
Dalam menggolongkan bunyi tertentu kedalam fonem kita menghadapi kesulitan kasus. Misalnya : menafsirkan bunyi (dŋ) sebagai datu fonem atau dua fonem, kedua macam penafsiran dalam fonologi tersebut disebut “penafsiran ekafonem” (monophone matice interpretation), dan “penafsiran dwifonem” (biphone matice interpretation). Andaikan bunyi (d) ditafsirkan sebagai satu fonem karena disini “fonem” /ŋ/ jarang kita jumpai dalam beberapa kata. Seperti measure /meŋer/. Disatu pihak /d/ dan /ŋ/ tidak dapat dipandang sebagai fonem yang sama namun dipihak lain /ŋ/ tidak dapat dikatakan sebagi fonem tersendiri, maka harus di jadikan satu fonem /dŋ/.

C.Variasi Alofonemis
Perbedaan antara bunyi (th) dan bunyi (t) kedua bunyi tersebut tidak merupakan fonem yang berbeda keduanya anggota dari satu fonem /t/. Fonem merupakan suatu wujud yang agar abstrak karena secara konkrit kita selalu mengucapkan salah satu “Anggota” dari fonem yang bersangkutan misalnya : kata butter bunyi /t/ diucapkan dengan letupan samping
Contoh tentang perbedaan antara (th) dalam kata inggris top dan bunyi (t) dalam inggris stop tidak ada pasangan minimal yang hanya mengandung perbedaan itu saja.
Maka dari itu kedua bunyi tersebut tidak merupakan fonem yang berbeda, dan hanya merupakan “Anggota” dari suatu fonem saja, yaitu fonem /t/ fonem merupakan suatu wujud abstrak, secara konkrit kota selalu mengucapkan salah satu “Anggota” dari fonem yang bersangkutan.
Anggota dari suatu fonem disebut alofon. Suatu alofon (Allophone) adalah salah satu cara konkrit mengucapakan, alofon konkrit harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya: dengan perkataan lain, terjadilah salah satu “Assimilasi” pada waktu yang sama assimilasi yang sama perwujudan tersebut, berbeda tergantung dari lingkungan disebut assimilasi “Fonetis”.

D. Assimilasi Fonemis
Berbeda dari assimilasi fonetis, ”Assimilasi fonemis” menyebabkan suatu fonim menjadi fonim yang lain.sebagai contoh analisalah kalimat belanda IK cat we saya makan”ikan,fonem /v/ dari kata vis di ubah menjadi fonim yang lain.yaitu /F/ akibat pengaruh fonem /t/ pada akhir eer:fonim /t/ tersebut.yang bersuara itu menyebabkan fonem /v/ yang berikutnya menjadi tak bersuara pula : /f/ jadi betul – betul assimilasi dan memang progresif lihat BAB III pas (17) dan memang suatu assimilasi fonemis.
Supaya dapat menyatakan dengan benar bahwa suatu fonem /v/ menjadi fonem /f/ (akibat adanya /t/ di depannya) maka perlu kita yankin”seharusnya “pada /v/ dalam kata vis (jangan kita dasar pernyataan ini pada adanya huruf V dalam ejaan “vis” saja)dalam contoh tadi tidak sulit : kata VIS memang selalu dilafalkan dengan bunyi /v/ yang bersuara bila tidak ada suatu bynyi yang tak bersuara di depannya
Peerbedaan assimilasi fonetis dan asimilasi fonemis dapat digarap dengan lebih jelas dengan diagram berikut:


Bidang fonologi Assimilasi fonemis Penyesuaian fonem
dengan fonem lain.

Jadi variasi alofonemis saja Tetapi dengan mempertahankan fonem sama.
Bidang fonetik Assimilasi fonetik Penyesuaian bunyi dengan
bunyi lain.

Disini tampak bahwa suatu tatanan yang lebih rendah untuk sebagai sudah mengandalkan sistematik dari tatanan lebih tinggi yang berikutnnya.
Misalnya asimilasi fonetis termasuk fonetik sebagai asimilasi dan termasuk fonologi sebagai fariasi di batas fonem yang sama

E. Beberapa jenis Assimilasi Fonemis
Beberapa jenis assimilasi fonemis yakni assimilasi progesif (Progressive Assimilation), assimilasi regresif (regressive assimilation) dan assimilasi resprokal (reciprocal assimilation).
Assimilasi regresiftun terdapat dalam bahasa belanda, missal, dalam frase (kelompok kata) opdeweg dijalan ‘(de adalah kata sandang) dimana /p/ dari kata op akibat pengaruh antara 2 fonem yang berurutan yang menyebabkan ke2 fonem yang lain dari semua.

F. Assimilasi Fonemis Dalam Beberapa Bahasa
Assimilasi fonemis dapat terjadi pada batas morfem bebas, termasuk dalam hal ini juga kata majemuk (keempat kata tadi kata majemuk kalihatannya) kecuali dalam bahasa inggris, missal kata black board tidak memperhatikan assimilasi diantara black dan board: /k/ dari, black tidak menjadi /g/ akibat kebersuaraan /b/ yang berikutnya, tidak menjadi /p/ akibat kotak bersuaraan /k/ yang mendahuluinya.

G. Asimilasi dan Modifikasi Vokal
Berdasarkan artikulasi,jadi penyesuaian bunyi berdasarkan cara menghasilkannya,jadi asimilasi pada waktu yang sama asimilasi tersebut,tidak mengubah fonem dan fonem yang sama dipertahankan,maka dari itu disini ada asimilasi fonemis.
Asimilsi itu sering di sebut “umlaut“. “umlaut“ adalah kata german yang berarti ”perubahan vocal“ dalam sebuah suku kata menjadi lebih tinggi karena pengaruh vocal atau semi – vocal berjauhan dengan vocal yang mendahuluinya artinya tidak mutlak “kontinyu“ ( kontinuous )dapat saja “diskret” (Discrete ).
Umlaut dalam bahasa jerman merupakan asimilasi “Historis” misal: kata buch \bu:x/’ buku ,bila dijamakan menjadi bucher /buser /buku – buku .
Secara ringkas: umlaut sebagai asimilasi fonetis secara singkronis ,sebagai assimilasi fonemis tidak kita jumpai secara sinkronis.fonemena umlaut sebagai assimilasi, baik diakronis maupun sinkronis selalu bersifat regresif
Perlu kita catat bahwa semua fenomena umlaut termasuk dalam perubahan vocal, pengaruh regresif .fonemena itu terkenal sebagai “Harmoni vocal”.

H. Netralisasi dan Arki Fonem
Fungsi fonem adalah membedakan makna sebagai contoh yang sederhana dalamn banyak bahasa dua fonem seperti /t/ dan /d/ dapat merupakan perbedaan minimal antara dua kata akan tetapi dalam keadaan tertentu fungsi pembeda makna diantara dua fonem tersebut dapat menjadi batal.netralisasi selalu mengandung perubahan identitas fonem: sesuatu fonem menjadi fonem yang lain.fonem letupan bersuara menjadi fonem letupan atau tak bersuara (homorgan) tak bersuara oleh pengaruh batas kota yang lebih penting dalam hal.netralisasi ialah batalnya oposisi yang bersangkutan dapat di tandai secara fonemis dalam tulisan fonemis .
Para ahli fonologi pernah mengusulkan pemakaian tanda fonem dengan huruf besar untuk menyatakan fenomena yang menjadi batal misalnya dalam kata Belanda hard tulisan fonem biasa /hart/ tetapi tulisan itu tidak membedakan antara hard dan hart jadi kata hard itu dikembangkan dengan /hard/,disela sela bedanya dari tulisan /hart/ ,yang menjadi lambangan fonemis dari kata hart saja.
I. Beberapa Perubahan Fonemis Selain Dari Assimilasi Dan Modifikasi Vokal.
a. Hilangnya bunyi dan kontraksi
Pasal 1 di atas di bicarakan mengenai “variasi bebas” seperti dalam pasangan telur/telor dls. ”variasi bebas” disini bahwa seatu fonem dapat diganti dengan fonem lain dalam kata tertentu,kata yang sama yaitu tanpa sdanya posisi akibat pengertian fonem tersebut.variasi semacam itu dapat kita temukan juga dengan menghilangkan salah satu fonem.misalnya dalm kata “silahkan” /silakah:fonem /X/ boleh dipakai boleh juga tidak.biasanya fenomena ini tidak di sebut “variasi bebas” (meski yang sebenarnya dapat dikata di dalamnya) melainkan “hilangnya bunyi” (loss of sound). (contoh ini hanya bisa di analisa dari sudut sinkronis,karena kebetulan diakronis bentuk tanpa /X/ adalah yang lebih dahulu ada) dalam parole penutur bahasa cenderung lalai diartikulasi yang di alami terlalu sulit: /X/ sesudah /a/ menuntut kegiatan artikulatoris yang mudah terlalai.hal itu dapat kita dengar juga dalam kata sudah [h] silahkan cari yang lain.disini kadang kadang lebih dari pada satu bunyi dihilangkan,tambahan pula bahwa penghilangan bunyi yang bersangkutan tidak lagi berdasarkan pelayanan atau dalam parole,tetapi singkatan dua semacam itu sudah sama sekali tentu bentuknya.contoh:frase inggris shan’t(dari shall not),won’t(dari wiil not) can’t (dari can not).contoh contoh tadi dengan menambahkan tulisan fonemisnya,penyingaktan semacam itu di sebut ”kontraksi”(contraction)beberapa contoh kontraksi yang lain anda temukan dalam pass.
Hilangnya bunyi dan konyraksi oleh beberapa ahli binaraga di tafsirkan sebagai salah satu kemungkinan asimilasi terjadi karena sebuah bunyi berubah untuk menyesuaikan diri dengan bunyi lain.maka “disimilasi”(dissmilation)terjadi bila dua bunyi yang sama karena berdekatan,misalnya:dalam kata Indonesia belajar bentuk terajar di hindarkan karena dalam ajar sudah ada /r/,jadi tidak terdapat lagi dalam prefik ber,yang/r/-nya,disimilasikan dengan /r/.
Kata Indonesia cinta dan cipta kedua duanya bersasal dari sansekerta citta, jadi t – t menjadi n – t dan p – t.Dismilasi dengan terjadi di sini membedakan dua kata menurut sistematis fonemis bahasan Indonesia ini mereupakan disimilasi diakronis contoh lain kata lansir yang berasal dari kata belanda : r – r menjadi r – e.

J. Evaluasi soal-soal:
1.Jelaskan beberapa contoh alafonemis?
2.Apa yang dimaksud dengan asimilasi fonemis?
3.Sebutkan beberapa jenis asimilasi fonemis ?
4.Jelaskan tentang asimilasi fonemis dalam beberapa bahasa?
5.Apa yang dimaksud dengan asimimilasi dan modifikasi vocal?
6.Apa yang anda ketahui tentang artikulasi dan arki fonem?




BAB V
MORFOLOGI

A.Pembegian Kata Menurut Jenisnya
Dalam kata bahasa tradisional kata-kata dapat dibagi menurut jenisnya baik berdasarkan arti mapun fungsinya dalam kelimat. Adapun pembagian kata itu ialah:
1.Kata Benda atau Nomina
Kata benda ialah kata yang menyebutkan benda atau nama benda (orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda mati, benda abstrak).
Untuk menentukan ciri kata benda dalam bahasa Indonesia kita dapat memandangnya berdasarkan beberapa hal:
a.Berdasarkan ciri morfologisnya:
1)Semua kata yang berawalan pe (N)-, misalnya: penulis, pemirsa, pendidik, peneliti, pelaut.
2)Semua kata yang berimbuhan pe (N)-an, misalnya: penerangan, pegunungan, pengabdian, penyimpangan, perumahan.
3)Semua kata yang berimbuhan per-an, misal: pembuatan, perkawinan, persatuan, pertanyaan.
4)Sebagian kata yang berimbuhan ke-an, misal: kekayaan, kesempatan, keunikan, kebesaran.
5)Sebagian kata yang berakhiran –an, misalnya: timbangan, pikiran, asuhan, ikatan, bantuan.
6)Beberapa kata yang berawalan ke- (tapi tidak produktif lagi) misal: kehendak, ketua.
7)Semua kata yang berkhiran –man, -wan, -wati, -or, -ur, -ir, -tas, misalnya: sukarelawan, sukarelawati, seniman, budiman, koruptor, kalkulator, korektor, inspektur, kondektur, aparatur, kasir, importir, aktivitas, fakultas.
(catatan: akhiran –man, pada seniman dan budiman sebenarnya tidak berfungsi membentuk kata benda, sebab seni dan budi adalah kata benda. Jadi fungsi –man pada kata-kata tersebut adalah membentuk kata benda kongkret dari kata benda abstrak).
8)Kata-kata yang diperluas dengan akhiran –nya, misal: tingginya, besarnya, lamanya.
b.Menurut ciri frase:
1)Didepannya dapat ditempatkan kata depan: di atas meja, di dalam rumah, ke pasar, ke sekolah, dari kampung, ke pada pendengar.
2)Dibelakangnya dapat diikuti kata gantimilik, misal: buku saya, hartanya, pikiran mereka, kekayaanmu.
3)Didepannya dapat ditempatkan kata bilangan, misalnya: sebuah buku, tiga (buah) rumah, setengah lusin, empat hari.
4)Dapat diperluas dengan yang + kata sifat.
Misalnya : * Pakaian (yang mahal)
* Anak (yang nakal)
* Kekayaan (yang cukup)
* Hati (yang damai)
c.Menurut distribusinya
1)Dapat menempatkan gatra pelaku, misalnya:
Samin memukul anjung
Anjing menggigit kucing
Tikus dimakan kucing
2)Dapat menduduki gatra pelengkap,misalnya:
Ibu membeli ikan (pelengkap penderita)
Rakyat dibantu oleh pemerintah (pelengkap yang berkepentingan)
Kata benda dapat dibagi atas kata benda kongkret dan kata benda abstrak.
a.Kata benda kongkret
Ialah kata benda yang berwujud dan yang bentuk (wujudnya) dapat ditangkap oleh panca indra, kata benda kongkret dapat digolongkan:
Kata benda yang bernyawa: makhluk hidup.
Kata benda yang tidak bernyawa: batu, air, kayu.
b.Kata benda abstrak
Ialah kata benda yang bentuk (wujudnya) tak dapat ditangkap oleh panca indra misal: roh, udara, pikiran, angan-angan, kesadaran dan sebagainya.

2.Kata Ganti/Pronomina
Ialah kata yang menggantikan (kedudukan)orang/benda yang lain, dalam kedudukannya yang demikian, kata ganti dapat dimasukkan dalam subgolongan kata benda. Dalam menggantikan kedudukan orang/benda, kata ganti dapat digolongkan atas:
a.Kata ganti orang yakni kata yang menggantikan kedudukan orang sebagai benda, terbagi atas:
1.Kata ganti orang I tunggal : saya, aku, hamba, patik, daku.
Kata ganti orang I jamak : kami, kita.
2.Kata ganti orang II tunggal : kau, engkau, anda.
Kata ganti orang II jamak : kami kalian, kamu sekalian.
3.Kata ganti orang III tunggal : dia, beliau.
Kata ganti orang III jamak : mereka.
Pada kalimat langsung kata benda yang dipergunakan sebagai kata ganti seperti Bapak, Ibu, Nenek, dan sebagainya, dapat dipakai secara berubah-ubah sebagai kata ganti orang I, II, dan III misalnya:
Sebagai kata ganti orang ke III
Susi bertanya kepada adiknya “kemana Bapak, Dik?”
Sebagai kata ganti orang II
Susi bertanya kepada ayahnya
“Kemana Bapak akan pergi?”
Sebagai kata ganti orang ke I
“Jika kmu rajin, Bapak akan memberi hadiah”, kata ayah.
b.Kata ganti mandiri yakni kata ganti untuk menyatakan persona itu juga, misalkan:
Dia berdiam diri saja
Itu salahnya sendiri, bukan salah kita
Mereka bekerja sendiri
Pembalasan akan berlangsung dengan sendirinya.
c.Kata ganti empunya ialah kata ganti yang menyatakan milik, kata ii sebenarnya adalah kata ganti orang (persona) yang ditempatkan dibelakang kata benda. Mislanya: buku saya (bukuku), bajunya, milikmu, baju Bapak, buku Kakak (dalam hal ini Bapak dan Kakak pengganti orang II atau orang III tunggal).
d.Kata ganti penunjuk ialah kata yang dapat menggantikan benda yang ditunjuk. Kata ini terdiri atas:
Ini untuk penunjuk benda yang berada di tempat si pembicara.
Itu untuk penunjuk benda yang tidak berada di tempat si pembicara.
e.Kata ganti penanya ialah kata ganti yang dipakai sebagai kata tanya untuk menanyakan tentang benda, orang atau suatu hal.
Kata tanya terdiri dari:
Apa dipakai untuk menanyakan benda.
Siapa untuk menanyakan orang.
(yang) mana untuk menanyakan tempat, pilihan kepada suatu benda, orang atau hal yang lain.
Di samping sebagai kata dasar, banyak kata tanya yang merupakan gabungan dengan kata dasar apa dan mana.
1)Untuk menanyakan tempat dengan gabungan kata depan di, ke, dan dari misal: dari mana, ke mana, di mana.
2)Untuk menanyakan keadaan/cara melakukan misal: betapa, bagaimana.
3)Untuk menanyakan waktu, misal: bila, bilamana, apabila, kala mana, mana kala.
4)Untuk menanyakan jumlah, misal: berapa.
f.Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat misalnya:
Buku yang dibelikan kemarin, sudah selesai dibacaknya.
Orang yang membunuh itu sudah dihukum.
g.Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang menyebabkan benda/orang dalam hal yang tidak tentu.
Untuk orang yang tidak tentu: siapa, siapa-siapa, masing-masing, si anu, si polan, salah seorang.
Untuk benda yang tidak tentu: suatu, sesuatu, barang, salah satu.

3.Kata Kerja atau Verb
Menurut tata bahasa tradisional kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan dan gerak. Dalam bahasa Indonesia kata kerja menurut bentuknya dapat berbentuk kata dasar tapi kebanyakan adalah yang berbentuk kata turunan, untuk menentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia kita dapat memandangnya dari beberapa segi:
a.Dari segi morfologinya, kata kerja ialah:
1)Semua kata yang berakhiran –kan (yang dapat membentuk kalimat perintah) misal: satukan, besarkan, rasakan, kuatkan, nyanyikan dan sebagainya.
2)Semua kata yang berakhiran –i (yang dapat membentuk perintah) misal: dekati, kurangi, guntingi.
3)Semua kata yang berimbuhan me-kan, misal: membesarkan, menggembirakan, memberitakan.
4)Pada umumnya kata-kata yang berimbuhan per-,misalnya: perbesar, pertnggi, perlancar, perbuat, permodern.
5)Kata-kata yang berimbuhan per-i dan per-kan misalnya: perbaiki, pertanyakan, permasalahan, persenjatai.
6)Sebagaian kata yang berawalan ber- misal: bernyanyi, berdagang, berbuat, berenang, berdiri.
7)Kebanyakan kata yang berawalan me- misalnya: menangis, menyanyi, menulis, menari, memburu.
8)Semua kata yang berawalan di- mislanya: ditulis, dibaca, diambil.
b.Menurut ciri sintaksis dapat diperluas dengan urutan kata dengan + kata sifat, misalnya:
Lari (dengan cepat)
Belajar (dengan rajin)
Duduk (dengan tenang)
Berbicara (dengan kuat)
Kembali (dengan selamat)
c.Menurut distribusinya dalam kalimat verbal, kata kerja selalu menduduki predikat dan tidak daapt menduduki pelengkap. Misalnya:
Nenek makan sirih
Dia berjalan lambat
Mereka mundur dengan teratur

Ditinjau dari sudut pelengkap kata kerja dapat digolongkan:
a.Kata kerja interaktif ialah bentuk kata kerja yang tidak menghendaki obyek langsung (pelengkap penderita) diantaranya berbentuk kata dasar, kata kerja yang berawalan ber- dan sebagian kata kerja yang berawalan me-.
b.Kata kerja transitif ialah kata kerja yangmenghendaki/mempunyai obyek langsung (pelengkap). Diantaranya kata kerja yang berawalan me-, kata kerja yang berimbuhan me-i dan me-kan.
Misal: menulis, menangisi, menarikan, merasakan.

4.Kata Sifat atau Ajektif
Ialah kata yang menerangkan sifat dari suatu benda. Untuk mengenal ciri kata sifat dalam bahasa Indonesia dapa ditempuh beberapa cara:
a)Menurut ciri morfologinya:
Segala kata yang dapat dibubuhi dengan awalah ter- yang artinya menyatakan paling. Jadi bentuknya adalah ter + kata sifat itu sendiri.
Misal : terbaik “paling baik”
Beberapa kata yang dapat diberntuk dengan awalan pe (N) misal : pemalu, pemarah, pemalas.
Segala kata yang dapat dibentuk dengan awalan se + bentuk ulang + nya.
Misal : Seindah-indahnya
Sebesar-besarnya
Selama-lamanya
b)Menurut ciri frase
Segala kata sifat dapat didahului dengan kata paling atau diikuti kata sekali yang menyatakan arti sangat misalnya:
Paling maju – maju sekali “sangat maju”, sebagian orang menganggap bahwa sebuah kata sifat dapat menjadi adverbia (kata keterangan) sesuai dengan fungsinya dalam kalimat, misal:
Gunung itu tinggi (tinggi adalah kata sifat)
Gunung itu terbang tinggi (tinggi adalah kata keterangan)

5.Kata Keterangan atau Adverbia
Ialah kata yang memberi/menambah keterangan kepada kata kerja, kata sifat, kata bilangan/kata keterangan itu sendiri.
a)Menurut bentuknya kata keternagan dapat berbentuk kata dasar dan dapat berbentuk kata turunan.
Yang berbentuk kata dasar misalnya: sedang, sekarang, mungkin, jangan, belum, pasti, sangat, hampir.
Yang berbentuk kata turunan:
*) Dengan awalah ber-, misal : batu bertulis
*) Dengan awalah me-, misal: ular itu melintang di jalan
*) Dengan imbuhan ke-an, misal: hidup kesepian
*) Dengan penambahan akhiran –nya misal, rupanya beliau sakit
*) Awalah se- + akhiran –nya, misal: sebaiknya
*) Dengan reduplikasi, misal: hati-hati, buru-buru.
*) Dengan awalan se- + reduplikasi + akhiran –nya, misal selama-lamanya, sekerang-kerasnya.
*) Dapat berbentuk kata gabung, misal: bilamana, apabila, manakala, bagaimana, barang kali.
b)Menurut ciri sintaksis
Dapat menambah keterangan pada kata kerja, misal: sedang makan, berjalan buru-buru.
Dapat menambah keterangan pada kata bilangan, misal: hampir dua jam.
Dapat menambah keterangan pada kata sifat, misal: tidak cermat, kurang pandai.
Dapat menambah keterangan pada kata keterangan itu sendiri, misal: lebih kurang, sangat kurang, agak kurang hati-hati.
Berdasarkan kedudukanya dalam kalimat yang dapat menambah keternagan pada kata di depan/dibelakangnya, kata keterangan dapat digolongkan:
a)Kata keterangan waktu: besok, sekarang, tadi dan lain-lain.
b)Kata keterangan perwatasan : hanya, kecuali, Cuma.
c)Kata keterangan derajat: amat, sangat, kurang, dan lain-lain.
d)Kata keterangan (modalitas) yang menyatakan:
Kepastian misal: sungguh, pasti, tentu, dan lain-lain.
Kesangsian misal: mungkin, barang kali, entah
Ajakan misal: mari, silakan, baik, boleh.
Larangan misal: jangan.
Peringatan, misal awas, hati-hati, ingat-ingat.
Pengharapan misal: semoga, mudah-mudahan, hendaknya.
Perngakuan misal: ya, betul, benar, baik.
Pengingkaran, misal: tidak (tak, tiada), bukan

6.Kata Bilangan/Mimeralia
Ialah kata yang menyatakan bilangan, jumlah, kumpulan/urutan tempat (tingkat) dari suatu benda.menurut sifatnya kata bilangan dapat digolongkan:
a)Kata bilangan tentu
Kata bilangan utama yakni kata yang menyatakan bilangan/jumlah misal: satu, setengah dan lain-lain.
Kata bilangan tingkat yakni kata bilangan yang dibentuk dengan cara membubuhkan awalah ke- pada kata bilangan, misal: orangkedua, tahun kesepuluh.
Kata bilangan kumpulan dibentuk dengan cara membubuhkan awalan ke- pada kata bilangan utama, akan tetapi letaknya selalu sebelum kata benda, misal: kedua orang itu, kelima anaknya.
b)Kata bilangan yang tidak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah yang tidak pasti, misal: berpuluh-puluh, berkali-kali dan lain-lain.

7.Kata Penghubung/Konjungsi
Ialah kata yang berfungsi mengantarkan suatu kalimat/menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat. Sebagian kata penghubung posisinya hanya diletakkan di depan kalimat.
Kata penghubung yang hanya menempati posisi pada awal kalimat (kebanyakan dipakai pada sastra lama) ialah:
Alkisah, Arkian, Sebermula, Syahdan, Hatta
Berdasarkan jenis hubungan yang dibawakan sesuai dengan fungsinya, kata penghubung dapat digolongkan:

a)Sebagai pengantar kalimat,misalnya:
Alkisah berhubung (dengan)
Arkian sehubungan (dengan)
Hatta setelah
b)Menyatakan penggabungan, misalnya:
Dan bersama
Dengan berikut
Serta lagi
c)Menyakatan sebab, misalnya:
Sebab karena
d)Menyatakan akibat, misalnya:
Sehingga sampai
e)Menyatakan tujuan, misalnya:
Agar supaya
Untuk guna
f)Menyakatan syarat, misalnya:
Jika andai
Jikalau andaikata
g)Menyatakan pertentangan, misalnya:
Biarpun sekalipun
Walaupun akan tetapi
h)Menyatakan waktu, misalnya:
Ketika setelah
Sesudah tatkala
i)Menyatakan perbandingan, misalnya:
Bagaikan laksana, seperti (se)umpama
j)Menyataan penguatan, misalnya:
Bahkan, lagipula, malahan, justru, kian….kian….
k)Menyakatan pembeberan, misalnya:
Yakni, ialah, yaitu, adlah, atau, seperti
l)Menyakatan kesinambungan, misalnya:
Lalu, lantas, selanjutnya, kemudian, seterusnya.
m)Kata penghubung yang selalu memulai anak kalimat: bahwa, misalnya:
“Ayah selalu mengatakan bahwa menolong orang sangat bermanfaat”.

8.Kata Depan/Preposisi
Ialah kata yang bentuknya biasanya tidak berubah-ubah, berfungsi merngkaikan kata/bagian kalimat yang lain dengan kata benda/frase kata benda, yang dianggap sebagai kata depan sejati dalam bahasa Indonesia ialah:
a)Kata depan di-
Pada pokoknya ialah menyatakan tempat diam/berhenti, namun, dalam perkembangan artinya makin meluas sehingga dapat dipakai di depan kata yang menyatakan:
Keterangan waktu misalnya: malan hari, dipagi hari, disaat-saat mendatang.
Sebagai pengganti akan misalnya, tak tahu diutung malangnya.
b)Kata depan ke-
Pada pokokya adalah menyatakan arah/sesuatu yang dituju. Pada umumnya pemakaiannya bertalian dengan kata kerja dan kata yang mengikutinya menyatakan arah yang dituju misalnya:
Pergi ke pasar, berangkat ke luar negeri.
c)Kata depan dari
Pada pokoknya menyatakan arah, asal kedatangan, tempat asal/pangkal mula suatu proses misalnya:
Menyatakan tempat asal: Dia datang dari Bandung
Menyatakan asal bahannya: Pakaian ini dibuat dari nilon
Manyatakan permulaan waktu: Dari zaman dulu hingga sekarang
Sebagai pengantar perbandingan (komparatif), dlam pemakaiannya sering digantikan dengan “dari pada” misalnya: Emas lebih murah dari pada platina
Sebagai pengantar keterangan milik (kepunyaan) kata depan “dari” tak perlu dipakai misalnya: buku saya bukan buku dari saya.
d)Kata dengan dari pada
Pada umumnya harus dipakai:
Bila berhubungan dengan kata ganti –ku, -mu, dan –nya.misalnya: daripadaku, daripadanya.
Jika terletak di depan kalimat untuk menyatakan perbandingan (komperatif), misalnya:
Daripada mati lebih baik melawan.
Apabila letaknya di tengah-tengan kalimat, sering diganti dengan kata “dari” misalnya:
Harimau lebih besar dari kucing
e)Kata depan akan
Di samping sebagai kata depan, ada juga sebagai kata keterangan dan kata sambung.
Sebagai kata keterangan: besok dia akan datang
Sebagai kata sambung mengikuti kata tetapi: orang itu kaya raya, akan tetapi sesuatu yang membuat dia susah.
Kata sebagai kata depan berarti:
Tentang: barulah dia sadar akan kesalahannya.
Terhadap: ia selalu rindu akan anak istrinya.
Untuk: diambilnya orang itu akan teman hidupnya.
f)Kata depan atas dapat berarti:
a.Akan: saya minta maaf atas kesalahannya.
b.Dengan: kedatang kami kemari adalah atas nama ketua.
g)Kata depan dalam
Sebagai pengantar keterangan tempat misal:
Berbunyi dalam gua
Sebagai pengantar keterangan tempat dalam arti kiasan
Tersimpan dalam hati
Sebagai pengantar keterangan waktu misalnya:
Dalam perang, dlam bulan puasa.
h)Kata depan antara mengandung arti
Sbegai pengantar keterangan tempat:
Letaknya antara Jakarta dan Bogor.
Sebagai pengantar keterangan waktu:
Kejadian itu berlangsung antara bulan april dan juni
Sama artinya dengna dalam/dari:
Diantara sekian banyak pelamar itu hanya lima orang yang memenuhi syarat.
Selain sebagai kata depan, antara juga dapat diartikan dan berfungsi sebagai kata benda dan kat penghubung.
Sebagai kata benda
Antara bumi dan langit sangat jauh.
Sebagai kata penghubung selalu diikuti dengan kata lain: warna-warna yang disukainya anatara lain: putih, hijau, dan biru.
i)Kata depan dengan mengandung arti:
Sebagai penganatr keterangan yang menyaakan persamaan atau perbadingan, misalnya:
*) Rupanya mirip dengan rupa kakanya.
*) Kebiasaannya berbeda dengan adat-istiadat kita.
Sebagai pengantar keterangan dengan alat,misalnya; orang itu ditikam dengan pedang.
j)Kata depan oleh
Berfungsi sebagai pengantar penunjuk pelaku. Gunanya untuk menjelaskan hubungan kata kerja dengan pelaku. Adapaun pemakaian kata depan oleh yang merupakan keharusan terdapat dalam hal-hal berikut:
Bila kata depan oleh terletak di depan kalimat dan letaknya di depan pelaku yang diikuti kata kerja, misalnya: Oleh Pak Amat hal itu telah lama direncanakan.
Bila antara kata kerja dan pelaku ada keterangan-keterangan lain misalnya: Perkerjaan itu dapat diselesaikan dalam dua hari oleh mereka.
Pada kalimat betuk perintah apabila pelakunya perlu disebutkan. Tapi bentuk kalimat seperti ini sudah kurang lazin digunakan, misalnya: “Camkanlah olehmu nasihat ini baik-baik”.
Menyatakan pembuat/pelaku misalnya:
Buku ini dkarang oleh Sutan Takdir Alisyahbaa.

9.Kata Sandang/Artikula
Ialah kata uyang dalam pemakaiaannya selalu berfungsi menentukan kata benda dan menyubstatifkan kata lain selain kata benda.
a)Kata sandang yang berfungsi menentukan kata benda
“Si” dipakai sebagai kata gati persona untuk nama orang/binatang misal: Si Ali, Si Belong.
Sang, hang, dang dipakai untuk menyebutkan orang, binatang 1 benda yang kedudukannya dianggap istimewa/dianggap tokoh. Kata ini banyak digubakan pada zaman sastra lama misal: digunakan pada zaman sastra lama misal: Hang tua, SagPrabu, Dong Merdu, Sang Kancil.
Para, kaum dipakai untuk orang menyatakan jamak misal: para guru, kaum muda.
b)Kata sandang yang berfungsi menyubstatifkan kata lain selain kata beda:
Yang misalnya: yang jahat akan terissi juga
Nya misalnya: indahnya tidak terlukiskan.

10.Kata Seru/Interjeksi
Ialah kata/kelompok kata/kadang-kadang berupa bunyi yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan dan emosi/suatu maksud. Namun kata seru tidak dapat dipandang sebagai kalimat/menduduki suatu salah satu fungsi dalam kalimat.
a)Bentuk-bentuk kata seru
Kata seru yang berbentuk bunyi misalnya: dor, tik, teng, bum, tar, pang.
Kaat seru yang berbentuk suku kata misalnya: iii, ooo, uuu, cis, uuh, bah, puh.
Kata seru yang berbentuk kata misal: halo, aduh, amboi, aduhai, ampun.
b)Beberapa makna kata seru
Menyatakan kekaguman/keheranan: wah, aduhai, astaga.
Menyatakaan sedih: ui, aduh, wahai
Menyatakan jijik: iii, ihh
Menyatakan tidak suka: akh
Menyatakan setuju: ya, oo, mmm
Menyatakan teguran: hai, halo, he.

B.Pembentukan Kata
1.Apakah morfologi?
Yaitu suatu cabang tata bahasa yang mempelajari dan membicarkan struktur, bentuk, dan golongan kata dan juga mempelajari sejarah serta perkembangan bentuk-bentuk suatu kata.

2.Morfem
Yaitu kesatuan gramatikal yang terkecil yag mengandung arti yang tidak mempunyai kesaan, baik dalam bentuk, maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain.
Morfem dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a)Morfem bebas : yaitu morfem yang dapat beridir sendiri sebagai sebuah kata.
Misal : pergi, makan, terapi, mereka, dan lain-lain.
b)Morfem terikat : yaitu morfem yang tidak dpat berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Misal : a. Prefiks (awalan) : me-, ber-, ter-, dan lain-lain
b. Sufeks (akhiran) : -kan, -i, -an, dan lain-lain
c. Infeks (sisipan) : -el, -em, -er, dan lain-lain
d. Partikel : -;ah, -tah, -kah
e. bentuk-bentuk : pra-, tuna-, eka-, dan lain-lain

3.Morfonemik dan Alomorf
Morfonetik adalah studi tentang perubahan baik penambahan, penghilangan, atau pertukaran pada fonem-fonem akibat perhubunan dua buah morfem atau akibat hubungan secara morfologis yang terdapat dalam dua buah kata.
Alomorf adalah bentuk morfem yang merupakan aggota atu variasi dari suatu morfem, terjadinya betuk ii diakibatkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.

4.Fleksi (Infelsi) dan Aglutinasi
Infleski adalah proses atau hasil penambahan afik kepada akar kata untuk menentukan dan membedakan arti gramatikalnya. Seperti yang terdapat pada bahasa-bahasa Indo Eropa sebagaimana yang terjadi pada peristiwa dekinasi dan konjugasi.
Aglutinasi adalah penambahan imbuhan epada kata dasar, misalnya dari kata dasar “makan” dibentuk menjadi pemakan, makanan, makan hati dan lain-lain.

5.Deklinasi dan Konjugasi
Deklinasi adalah perubahan bentuk kata yang terjadi pada kata benda, kata ganti, dan kata sifat yang mengandung bilangan atau dalam hubungan dengan penentuan jenis kelamin seperti yang terjadi pada bahasa Indo Eropa, bahas latin, bahas arab.
Konjugasi adalah perubahan yang terjadi pada betuk kata kerja sehubungan dengan persona, waktu, atau bilangan yang dinyatakannya.

6.Derivasi dan Paradigma
Derivasi adalah proses morfologi yang membetuk morfem jamak dengan cara penambahan afiks pada akar kata atau pada kata dasar.
Contoh: main - bermain
memainkan
dimainkan
permainan
Paradigama adalah daftar lengkap kata-kata yang diturunkan dari morfem dasar yang sama yang mengalami perubahan bentuk akibat perubahan afiksasi.
Contoh : menulis tulisan
penulis tuliskan
tertulis ditulis dan lain-lain

7.Enklitika dan Proklitika
Enklitika adalah suatu kata yang merupakan bentuk ringkas dirangkaian di belakang suatu kata, dan gabungan kedua kata tersebut diucapkan dan ditulis sebagai sebuah kata.
Contoh: - bukuku - diambilnya - milikmu
Proklitika adalah suatu kata (yang hanya memiliki tekanan lemah) yang merupakan bentuk ringkas yang dirangkaikan dalam bentuk lain (yang mendapat tekanan) yang dalam penulisan dan pengucapannya betuk ringkas tersebut membentuk satu kesatuan dengan kata yang letakinya.
Contoh: ku pada kutulis, kau pada kau ambil.

8.Akar Kata dan Bentuk Kanomik
Akar kata adalah unsur yang lebih kecil dari kata dasar, misalnya kata bukti, bangkit, dibentuk dari akar kata kit dengan unsur tambahan masing-masing bu-, bang-. Demikian juga dengan kata bumbug, gembung, terbentuk dari akar kata bung dengan unsur tambahan masing-masing.
Bentuk kanomik adalah bentuk yang berupa bentuk dasar, kata-kata dasar adalah bentuk kanomik yang dipakai untuk menentukan pola persukuan suatu kata, seperti, da, besar, belanja.
9.Kata-Kata Dasar dan kata Jadian
Kata adalah bentuk bebas minimal yang merupakan bentuk bahasa yang terkecil yang dapat berdiri sendiri.
Kata dasar adalah suatu kata yang belum mengalami proses morfologi. Contoh: pukul, ambil, dapat, dan lain-lain.
Kata jadian atau kata turunan adalah kata yang sudah mengalami proses morfologi, seperti berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung.

10.Imbuhan atau Afiks
Afiks adalah unsur bahasa yang bukan bentuk bebas yang ditambahkan pada bentuk dasar atau akar kata yang membentuk sebuah kata.
Afiks terdiri atas: perfiks (awalan), infeks (sisipan, dan sufiks (akhiran).

11.Bentuk Kata dalam Bahasa Indonesia
Secara morfologis kata dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu:
a.Kata dasar yaitu kata yang belum mengalami proses morfologi
Contoh: meja makan, pergi dan lain-lain.
b.Kaat jadian (kata turunan) yaitu kata yang sudah mengalami proses morfologi, kata jadian terdiri dari:
Kata berimbuhan (awalan, akhiran, sisipan)
Kata ulang (reduplikasi)
Kata gabung



12.Awalan atau Prefiks
Yaitu imbuhan yang diletakkan pada awal kata atau awal akar kata atau awal akar kata.
Ada berbagai macam awalan, diantaranya:
a.Awalan ber-, ini berfungsi untuk;
Membetuk kata kerja intransitif, seprti : berjalan, berlari, berbaris dan lain-lain.
Membentuk adverbia, seperti dalam bentuk: “mereka hidup bersama, jangan bertindak bersimaharaja lela.
Membentuk numeralia, sperti : bertumpuk-tumpuk, berkilo-kilo dan lain-lain.
Membentuk adverbia yang maknanya sama dengan bentu kata kerja yang berawalan di-, seperti:
Batu tertulis
Nasi berkunyit
b.Awalan me- ini berfungsi untuk:
Membetnuk kata kerja transitif : membaca (buku), membuka (pintu), memancing (ikan).
Membentuk kata kerja intransitif : mendarat, menyebrang, menepi, menurun.
Membentuk adverbia: mendua, merata, meluas.
c.Awalan pe- ini berfungsi untuk:
Membentuk kata beda : pembaca, penibuat, pedagang.
Membentuk kata sifat: pemalu, pemalas, pemarah.
d.Awalan per- ini berfugnsi untuk:
Membentuk kata kerja
Membentuk kata benda
Dalam berkombinasi dengan akhiran –an, membentuk kata benda abstrak, misalnya: pertanyaan, pembukaan dan lain-lain.
e.Awalan se- ini berfungsi untuk:
Membentuk kata bantu bilangan, seperti: sebuah, seorang, seekor dan lain-lain.
Membentuk kata tugas, sperti: sebelum, sesudah, setelah dan lain-lain.
Membentuk adverbia, seperti: sebanyak, seberapa, dan lain-lain.
f.Awalan ter- ini berfungsi untuk:
Menyatakan aspek pada kata kerja, seperti: tertulis, tercatat, terisi, dan lain-lain.
Menyatakan tingkat perbadingan pada kata sifat, seperti: tertinggi, terbesar, terindah dan lain-lain.
Membentuk kata keterangan, seperti: terulang, terkarang, terbuku dan lain-lain.

13. Akhiran atau Sufiks
Yaitu imbuhan yang dibubuhkan pada akhiran suatu kata dalam pembentukan kata. Akhiran juga dapat membentuk berbagai kata, diantaranya:
a.Membentuk kata benda, seperti : tanaman, pukulan, dan lain-lain.
b.Membentuk kata kerja, seperti:
Akhiran –i : jalani, tempati, dan lain-lain.
Akhiran –kan : jalankan, satukan besarkan dan lain-lain
c.Membentuk adverbia-nya, seperti:
Rupanya beliau sakit

14.Infiks atau Sisipan
Yaitu bentuk morfem terikat yang pemakaiannya disisipkan antara huruf pertama (yang berupa konsonan) dan huruf kedua (berupa vokal) pada kata dasar. Infeks dalam bahasa bahasa Indonesia ada 3 macam yaitu: el, er, em.
Fungsi infeks:
a.Membentuk kata benda, seperti:
Patuk = pelatuk
Tunjuk = telunjuk
Genbung = gelembung
b.Membentuk kata sifat, seperti:
Getar = gemetar
Guruh = gemuruh

15.Konfiks
Yaitu gabungan dua macam imbuhan yang merupakan morfem terbagi, tapi bersama-sama mempunyai satu fungsi dan membentuk satu arti.
Misal : ke – an = kehutanan, kekayaan
Per - an = pertanian, perbaikan

16.Kata Ulang
Yaitu kata yang mendapat perulangan sebahagian atau seluruhnya. Fungsi kata ulang ada dua, yaitu:
1.Membentuk kelas kata
Kata sifat menjadi kata benda seperti:
Luhur = leluhur
Kata sifat menjadi kata keterangan, seperti:
Baik = sebaik-baiknya
2.Tidak mempunyai fungsi sebab kelas kata bentuk ulangnya sama dengan kelas kata dasar, seperti:
Anak = anak-anak
Main = bermain-main
Baik = baik-baik

17.Kata Gabung
Yaitu gabungan 2 kata atau lebih yang merupakan kesatuan dan menimbulkan pengertian baru. Kata gabung dalam bahasa Indonesia terdiri dari:
b.Sebagai kata benda, seperti : mata sapi, rumah sakit, kamar tidur, mata kucing dan lain-lain.
c.Sebagai kata tegas, seperti : daripada, kepada, bilamana dan lain-lain.

C.Evaluasi:
1.Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2.Sebutkan beberapa kriteria morfologi menurut jenisnya baik berdasarkan arti maupun fungsinya dalam kalimat?
3.Jelaskan kembali istilah dari mimeralia, konjungsi, preposisi, artikulasi, interjeksi?
4.Apa yang dimaksud dengan morfem, morfofonemik, alomorf?
5.Apa yang anda ketahui tentang derivasi, paradigma, enklitika, dan proklitikas?
6.Awalan dan prefiks yaitu?
7.Akhiran disebut juga? Jelaskan beserta contohnya?
8.Infeks adalah? Berikan contohnya?
9.Apakah konfiks itu?
10.Jelaskan kembali istilah dari kata ulang dan kata penghubung?



MODUL
LINGUISTIK UMUM
Dosen Pembimbing:
Nur Wahyu Ningsih, S.Pd.











Nama Kelompok:
Amirul Muslimin ( 086202 )
Lukmanul Chakim ( 086213 )
Aris Fatoni ( 086238 )
Dian Triana ( 086207 )
Ahmad Zamroni ( 086008 )
Siti Ulfah ( 086174 )
Yeni Ardila ( 086194 )
Rodiyah Ningtias ( 086157 )
Zahrotun Nisa’ ( 086199 )
Fatmawati ( 086209 )
Siti Hardianti Emilia ( 086169 )
Vera Nur Afni ( 086188 )
Sudaristi Okyaviana ( 086178 )
Ragil Luluk Lutfiah ( 086234 )
Rita Ayu Fatmawati ( 086155 )

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2008/E
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulisan Modul Linguistik Umum dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Akhir Semester Mata Kuliah Linguistik Umum di STKIP PGRI Jombang.
Atas terselesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.Ibu Nur Wahyu Ningsih, S.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Linguistik
2.Teman-teman yang berpatisipasi dalam penyusunan modul ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kalangan khususnya mahasiswa dalam mata kuliah linguistik dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang berminat dan memerlukan.



Jombang, Februari 2009

Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENGERTIAN LINGUISTIK
A.Linguistik umum .. 1
B.Linguistik mempunyai fungsi .. 3
C.Pentingnya bahasa .. 3
D.Ciri –ciri khusus linguistik .. 4
E.Filologi .. 5
F. Evaluasi soal .. 5
BAB II BEBERAPA BIDANG DALAM ILMU LINGUISTIK
A.Pembagian Linguistik atas beberapa bidang .. 6
B.Linguistik Sinkronis dan diakronis .. 6
C.Analisis Leksikal dan Gramatikal .. 7
D.Semantik .. 7
E.Fonetik, Fonologi, Morfologi, Sintaksis .. 8
F.Linguistik Teoristik dan Linguistik Terapan .. 9
G.Evaluasi Soal 10
BAB III FONETIK
A.Ada Tiga Jenis Fonetik ... 11
B.Alat-alat Bicara ….. 12
C.Cara Kerja Alat-alat Bicara 12
D.Konsonan dan Vokal 13
E.Beberapa Jenis Konsonan 13
F.Semi Vokal 15
G.Beberapa Jenis Vokal 15
H.Vokal Rangkap Dua 17
I.Tulisan Fonetis 17
J.Klasifikasi Vokal Tunggal 17
K.Suku Kata (Silabe) 17
L.Titik Nada 18
M.Tekanan dan Aksen 19
N. Evaluasi soal 20
BAB IV FONOLOGI
A.Fonologi sebagai analisa bunyi secara “Fungsionil” 21
B.Penafsiran Ekafonem dan Penafsiran Dwifonem 23
C.Variasi Afonemis 23
D.Asimilasi fonemis 24
E.Beberapa jenis asimilasi fonemis 25
F.Asimilasi fonemis dalam beberapa bahasa 25
G.Asimilasi fonemis dan modifikasi vocal 26
H.Netralisasi dan arki fonem 26
I.Beberapa perubahan fonemis selain dari asimilasi dan modifikasi vocal 27
J.Evaluasi soal 28
BAB V MORFOLOGI
A.Pembagian Kata Menurut Jenisnya 29
1.Kata Benda atau Nomina 29
2.Kata ganti atau Pronomina 31
3.Kata Kerja atau Verb 33
4.Kata Sifat atau Ajektif 35
5.Kata Keterangan atau Adverbia 36
6.Kata Bilangan atau Mimeralia 38
7.Kata Penghubung atau Konjungsi 38
8.Kata Depan atau Prefiks 40
9.Kata Sandang atau Artikula 43
10.Kata Seru atau Interjeksi 44
B.Pembentukan Kata
1.Apakah Morfologi 45
2.Morfem 45
3.Morfonemik dan Alomorf 45
4.Fleksi (Infelsi) dan Aglutinasi 46
5.Deklinasi dan Konjugasi 46
6.Derivasi dan Paradigma 46
7.Enklitika dan Proklitika 47
8.Akar kata dan Bentuk Kanomik 47
9.Kata-kata Dasar dan Kata Jadian 48
10.Imbuhan atau Afiks 48
11.Bentuk Kata dan Bahasa Indonesia 48
12.Awalan atau Prefiks 49
13.Akhiran atau Sufiks 50
14.Infiks atau Sisipan 50
15.Konfiks 51
16.Kata Ulang 51
17.Kata Gabung 52
C.Evaluasi Soal 52
DAFTAR PUSTAKA 58









DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar–Dasar Fonologi
http://Zeiper.Multiply.Com/journal/item/28/Linguistik _ Umum
2. Sistem Fonologi
http://Pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=278
3. Pragmatik
http://smartilicious.blogspot.com/2007/11/pragmatik.html
BLOGS http://community.gunadarma.ac.id/blog/main/
tulisanmakyun http://tulisanmakyun.blogspot.com/
4. Semantik
http://massofa.wordpress.com/2008/01/22/cakupan-semantik/
5.Verhaar, J.W.M.1977.Linguistik Umum.Jakarta:Universitas Indonesia.